Namun sayangnya, bidan di Indonesia masih saja harus menghadapi kendala yang harus dirasakan di lapangan.
Terutama para bidan yang memang bertugas di beberapa daerah tertinggal.
Menurut Emi kendala yang dihadapi para bidan sangatlah beragam.
Namun yang paling sering terjadi adalah dari segi sarana dan prasarana yang kurang memadai.
Kondisi geografis di berbagai wilayah terpencil terkadang meyulitkan bidan untuk bisa menjangkau lebih dekat lagi dengan masyarakat.
Eni berharap komunikasi di berbagai daerah sudah seharusnya ditingkatkan hal ini dilakukan demi memberikan pelayanan optimal yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.
"Delaynya intervensi karena komunikasi tidak lancar tidak realtime jadi semua terbatas. Apalagi kalau ke rumah sakit penuh dan jadi kalau kita punya akses digital dan terkoneksi jadi puskesmas bisa pantau juga. Jadi puskesmas, dokter, dan bidan bisa saling memberikan informasi," ujarnya.
Baca Juga: Jadi Salah Satu Garda Terdepan, Begini Harapan Para Bidan di Tengah Pandemi Covid-19
Dalam acara yang sama juga turut hadir dr. Hasto Wardoyo, SpOG(K), selaku Kepala BKKBN Pusat. Beliau memaparkan jika bidanlah yang menjadi salah satu profesi yang paling dekat dengan masyarakat.
Bidan dapat berhadapan langsung dengan masyarakat, terutama para ibu dan anak untuk melayani kesehatan.
Bidan juga telah diakui sebagai tenaga profesional yang memiliki izin untuk memberikan pelayanan kesehatan.
Misalnya dengan memberikan pelayanan seputar kehamilan, lahiran, dan diberikan kewenangan dalam memasang alat kontrasepsi.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR