Nakita.id - Moms harus tahu, kebutuhan nutrisi bayi itu harus tetap terpenuhi setiap harinya.
Pasalnya, hal ini akan sangat berpengaruh pada proses tumbuh kembangnya, baik secara fisik maupun kognitif.
Terlebih, saat bayi telah menginjak usia 6 bulan, dimana asupan ASI saja sudah tidak mencukupi lagi.
Mulai usia inilah Moms harus memperkenalkan MPASI pada bayi sebagai asupan tambahan nutrisi hariannya.
Oleh karenanya, jangan sampai Moms melewatkan tahap paling krusial ini, ya.
Namun sayangnya, banyak orangtua yang belum memberikan asupan MPASI yang cukup untuk bayi.
Hal inilah yang justru bisa berdampak pada proses tumbuh kembangnya, Moms.
Lantas, apa saja dampak kurang MPASI terhadap proses tumbuh kembang bayi?
Berikut ini adalah dampaknya menurut sang ahli!
Menurut dr. Titis Prawitasari, Sp.A(K), dokter spesialis anak konsultan bidang nutrisi dan penyakit metabolik di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, selain MPASI, asupan ASI yang kurang juga bisa berdampak pada proses tumbuh kembang bayi.
dr. Titis kemudian mencontohkan pemberian MPASI untuk bayi di usia 6-8 bulan.
"MPASI pada periode 6-8 bulan adalah hanya mencakup sekitar 30 persen. Paling maksimal 50 persen. Dan sisanya dari apa? Dari ASI," jelas dr. Titis dalam wawancara eksklusif dengan Nakita pada Kamis (3/2/2022).
"Nah, kalau ASI-nya juga tidak mencukupi, ya dia juga tidak akan tumbuh dengan baik," jawabnya.
Maka dari itu, dr. Titis menegaskan kembali pada para orangtua bahwa kedua hal ini harus dipastikan cukup untuk bayi.
"Jadi, intinya adalah bahwa kalori yang dibutuhkan itu harus cukup. Baik dari ASI maupun MPASI," tegasnya.
Apa jadinya kalau total kalori harian pada bayi tidak cukup atau tidak memadai?
Berikut dampaknya seperti yang dijabarkan dr. Titis.
dr. Titis menyampaikan, jika kekurangan total kalori harian pada bayi, hal pertama yang pastinya terjadi adalah berat badan tidak naik.
"Tetap (berat badannya), bahkan turun gitu ya," ungkap dr. Titis.
"Kalau misalnya itu berlanjut terus, nanti akan berakibat terhadap panjang badan atau tinggi badannya juga akan tidak naik. Lama-lama, juga akan menjadi pendek," terangnya.
Hal inilah yang membuat dunia kesehatan di Indonesia sering mendengung-dengungkan stunting sekarang, demikian kata dr. Titis.
Sebagai informasi, stunting adalah pendek karena masalah nutrisi, dan juga infeksi yang berulang.
"Nah, itu mutar-mutar saja di situ. Terjadi malnutrisi yang kronik, yang berkepanjangan, sehingga dia akhirnya menjadi pendek," terang dr. Titis.
dr. Titis menegaskan pada orangtua bahwa anak pendek bukan karena masalah genetik atau keturunan saja, bisa juga terjadi akibat kekurangan nutrisi.
"Jadi, kalau misalnya memang ada masalah seperti itu, datanglah ke dokter anak Anda. Dan tanyakan, diskusikan, 'Apa sebenarnya yang bisa dilakukan?'," tutupnya.
Semoga bermanfaat ya, Moms.
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR