Tanya tak memungkiri jika keberaniannya untuk memperkenalkan dan memberikan botol dot lebih awal pada Senja membuatnya sempat menolak menyusu langsung.
Namun Tanya berusaha tetap positif dan tidak panik.
"Akhirnya setelah Senja kemarin menolak Nen sambil teriak-teriak, aku menemukan posisi Nen yang Senja inginkan yaitu posisi menggantung. Ternyata dia bosan dengan posisinya, atau keadaan perutnya yang kurang enak dan lainnya. Hal tersebut aku lakukan selang seling, menyusui secara langsung atau pun dengan botol." jelasnya.
Meski menggunakan botol, Tanya menegaskan bahwa anak keduanya Senja tetap mendapatkan full ASI hingga terlaksana ASI eksklusif seperti anak pertamanya Sada.
BACA JUGA: Ini Dia Alasan Penting Mengapa Si Kecil Juga Butuh Multivitamin
Pengalamannya tersebut pun membuat Tanya tidak lagi takut dan panik dengan istilah 'bingung puting'.
Menurutnya, benar tidaknya 'bingung puting' tergantung dari bagaimana orangtua menanggapinya dan menyikapinya.
"Entah kenapa istilah Bingung Puting ini selalu membuat Aku takut. Padahal menurutku Bingung puting itu sepertinya tidak ada. Karena hal tersebut, tergantung dari kita sebagai orangtua menanggapinya dan bagaimana menyikapinya."
Cara yang dilakukan Tanya tersebut rupanya sejalan dengan penjelasan Nia Umar, konselor laktasi sekaligus wakil ketua AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) sebagaimana yang dilansir dari Kompas.com.
Nia menjelaskan memberikan anak ASI melalui media lain seperti cangkir, sendok kecil, atau pipet memang bisa menjadi alernatif saat anak tidak mau menyusu langsung.
Namun selain itu Nia juga merekomendasikan untuk menghubungi konselor laktasi jika memang merasa perlu bantuan.
BACA JUGA: Detergen Cair Versus Detergen Bubuk, Manakah Yang Lebih Baik?
Dengan begitu konselor laktasi pun dapat membantu menyelesaikan masalah dan menjelaskan posisi makan atau menempelkan mulut anak pada puting susu dengan benar, sehingga anak tetap dapat menyusui langsung dari ibunya. (*)
Pentingnya Penanganan yang Tepat, RSIA Bunda Jakarta Miliki Perawatan Khusus untuk Bayi Prematur
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR