Nakita.id – Moms memiliki keluarga yang harmonis dan bahagia tentu menjadi impian semua orang.
Keluarga yang harmonis dan bahagia dapat berpengaruh terhadap kesehatan setiap anggota keluarga lainnya.
Keluarga menjadi lingkungan pertama yang sangat mempengaruhi kehidupan setiap anggotanya.
Menurut Psikolog Emanuel Radityo, M.Psi, definisi keluarga yang harmonis dan bahagia adalah keluarga yang memiliki komunikasi yang baik dan saling mendukung dalam situasi apapun.
“Definisi keluarga yang harmonis adalah keluarga yang dapat mendukung satu sama lain, memiliki orientasi tujuan yang saling menyesuaikan dan bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Karena tentunya setiap keluarga pasti memiliki masalah iya”ujar Radityo saat diwawancarai Nakita, Rabu (09/02/2022).
Kunci keluarga yang harmonis dan bahagia adalah komunikasi yang baik antar setiap keluarga.
Setiap anggota keluarga mau saling mendengarkan satu sama lain.
Hal ini sering kali diabaikan oleh setiap anggota keluarga, sehingga hal ini dapat membuat keluarga menjadi tidak harmonis dan bahagia.
Setiap anggota keluarga memiliki tugas yang saling berhubungan dalam membuat keluarga menjadi harmonis dan bahagia.
Seperti ayah selain bertanggung jawab mencari nafkah untuk keluarga, ayah juga berperan untuk membangun rasa percaya diri pada anak.
Sedangkan tugas ibu tentu lebih kepada yang mengajarkan kasih dan penenang pada setiap keluarga.
Dan anak sendiri juga memiliki peran yang baik untuk membangun keluarga yang harmonis dan bahagia.
Anak yang berprestasi tentu dapat membuat ayah dan ibu bangga dengan apa yang dikerjakan anak.
Keluarga yang harmonis dan bahagia harus mau saling percaya, peduli dan mau mendengarkan satu sama lain, agar setiap anggota keluarga merasa dihargai.
Psikolog Emanuel Radityo, M.Psi juga menambahkan jika setiap anggota keluarga juga harus berkontribusi untuk membentuk keluarga yang harmonis dan bahagia.
“Setiap anggota keluarga itu harus berkontribusi, agar merasa bisa memenuhi satu sama lain, bisa merasa bagian dalam keluarga dan juga merasa kalo keluarga itu menjadi sumber kebagiaan. Ketika seseorang sudah merasa keluarga menjadi sumber kebahagiaan, itu juga menjadi ciri-ciri keluarga harmonis dan bahagia iya”ujar Radityo
Psikolog Radityo juga menambahkan jika keluarga harus mau mendengarkan dan mengutarakan apa yang mereka rasakan, agar komunikasi dalam keluarga dapat berjalan dengan lancar.
“Keluarga harus mencari tahu terlebih dahulu apa yang menjadi masalah pada setiap anggota keluarga. Mendengarkan apa yang menjadi keluh kesah mereka, biarkan mereka mengutarakan terlebih dahulu apa yang sedang dirasakan. Agar setiap keluarga dapat terbuka dan masalah yang ada dapat diselesaikan dengan baik.” tambah Radityo.
Baca Juga: Ayah Berperan Sama dalam Menciptakan Keluarga Harmonis Demi Maksimalnya Tumbuh Kembang Anak
Keluarga harus menjadi sumber rasa aman dan nyaman paada setiap anggota keluarga yang ada.
Psikolog Radityo mengatakan jika rumah tangga menjadi tidak harmonis dan tidak bahagia karena anggota keluarga bergerak sendiri dan tujuan setiap anggota keluarganya terputus.
“Keluarga menjadi tidak harmonis dan bahagia karena setiap anggota bergerak sendiri dan tujuan anggota keluarga terputus, sehingga peran komunikasi dan peran setiap keterhubungan satu sama lainnya tuh enggak ada.”ujar Radityo.
Psikolog Radityo juga menambahkan jika peran setiap anggota keluarga sudah tidak ada lagi, maka rasa membutuhkan dan pedulinya sudah tidak ada lagi.
“Ketika koneksi dalam keluarga sudah tidak ada, tentu hubungan antar keluarga sudah tidak terbentuk iya. Anggota keluarga tidak akan paham keluarga itu apa dan tentunya tidak akan merasakan bahagianya didalam keluarga apalagi.”tambah Radityo.
Selain itu Psikolog Radityo juga mengatakan tidak dapat menyelesaikan masalah dalam keluarga juga menjadi penyebab keluarga yang tidak harmonis.
“Adanya masalah yang tidak terselesaikan dalam keluarga juga tentunya dapat membuat keluarga menjadi tidak harmonis dan bahagia”kata Radityo.
Keluarga terutama orang tua seharusnya tidak boleh terlalu mengekang anak, karena hal ini akan membuat anak menjadi tidak bebas dalam menyampaikan pendapat.
Orang tua harus membebaskan anak dalam berkespresi, namun tetap mengawasi, memberi batasan apa yang akan anak lakukan dan mengajak anak berdiskusi ketika menghadapi masalah.
Baca Juga: Ingin Membangun Keharmonisan dalam Keluarga? Berikut 5 Cara Efektif yang Bisa Moms Lakukan
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Penulis | : | Debora Julianti |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR