Nakita.id – Sampai saat ini, penculikan anak masih kerap terjadi.
Tak hanya di Indonesia, namun juga di luar negeri.
Untuk melancarkan aksinya, para pelaku pun biasanya memberi anak-anak umpan, contohnya seperti mainan.
Tujuan pelaku melakukannya tentu untuk mendapatkan uang tebusan.
Seperti yang terjadi di negara Cina ini.
Seorang anak lelaki diculik saat usianya masih berusia empat tahun.
Akibat penculikan tersebut, ia menjadi terpisah jauh dari ibu dan keluarganya selama 33 tahun.
Namun, keajaiban seolah datang, anak lelaki tersebut akhirnya bisa bertemu dengan sang ibu setelah sekian lama terpisah.
Wah, bagaimana bisa, ya?
Melansir dari Oddity Central, seorang pria bernama Li Jingwei dari Provinsi Henan, di Cina Timur, baru-baru ini menemukan ibu kandungnya 33 tahun kemudian setelah diculik.
Peristiwa itu bermula terjadi ketika Li yang masih berusia empat tahun diculik di luar rumahnya.
Ia kemudian dijual ke keluarga lain yang jaraknya ribuan kilometer dari rumahnya. Rupanya, pelaku yang tega melakukan hal tersebut adalah tetangganya sendiri.
Tetangganya mengiming-imingi dengan mainan dan kemudian mengantarnya 2.000 kilometer ke Provinsi Henan.
Li pun mengatakan butuh waktu untuk membiasakan diri dengan keluarga barunya dan ia merasa sakit setiap kali membaca artikel tentang pertemuan keluarga.
Tetapi ketika mulai tumbuh dewasa, ia mencoba fokus pada hal-hal lain seperti sekolah, kemudian bekerja dan menikah. Meski begitu, ia mengaku tidak pernah melupakan orangtua kandungnya.
Ditambah lagi, karena melihat banyak kasus orang-orang yang bersatu kembali dengan keluarganya setelah diculik, Li Jingwei akhirnya untuk lebih fokus menemukan orangtuanya.
Salah satu alasannya karena ia menyadari orangtuanya semakin tua dan ia mungkin tidak punya banyak waktu lagi untuk berhubungan kembali dengan mereka.
Cara pertama yang Li lakukan adalah menghabiskan banyak malam mengingat seperti apa orangtua dan rumahnya.
Ya, Li menggunakan ingatan masa kecilnya untuk menggambar peta desa asalnya secara kasar.
Setelah menggambar peta, kemudian ia beralih ke media sosial untuk meminta bantuan, bertanya kepada orang-orang di mana daerah tersebut.
“Mengingat penampilan orangtua saya dan seperti apa di sekitar rumah saya adalah rutinitas bagi saya untuk waktu yang lama dalam hidup saya,” kata Li Jingwei kepada wartawan.
Selain itu, Li Jingwei juga memberikan sampel darah kepada polisi.
Tak disangka, peta buatan Li pun menjadi viral. Banyak orang yang membantu mengenali daerah mana yang dimaksud oleh Li.
Ketika informasi datang dari netizen, polisi akhirnya dapat mempersempit pencarian ke sebuah desa pegunungan di Provinsi Yunnan yang disebut Zhaotong.
Gayung bersambut, pihak berwenang setempat pun memberikan informasi tentang seorang wanita yang kehilangan putranya pada waktu yang bersamaan dengan penangkapan Li Jingwei.
Berdasarkan tes DNA, wanita tersebut pun terbukti merupakan ibu Li Jingwei.
Sayangnya, Li tidak dapat melihat ayah kandungnya lagi, karena ia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR