Ia kemudian dijual ke keluarga lain yang jaraknya ribuan kilometer dari rumahnya. Rupanya, pelaku yang tega melakukan hal tersebut adalah tetangganya sendiri.
Tetangganya mengiming-imingi dengan mainan dan kemudian mengantarnya 2.000 kilometer ke Provinsi Henan.
Li pun mengatakan butuh waktu untuk membiasakan diri dengan keluarga barunya dan ia merasa sakit setiap kali membaca artikel tentang pertemuan keluarga.
Tetapi ketika mulai tumbuh dewasa, ia mencoba fokus pada hal-hal lain seperti sekolah, kemudian bekerja dan menikah. Meski begitu, ia mengaku tidak pernah melupakan orangtua kandungnya.
Ditambah lagi, karena melihat banyak kasus orang-orang yang bersatu kembali dengan keluarganya setelah diculik, Li Jingwei akhirnya untuk lebih fokus menemukan orangtuanya.
Salah satu alasannya karena ia menyadari orangtuanya semakin tua dan ia mungkin tidak punya banyak waktu lagi untuk berhubungan kembali dengan mereka.
Cara pertama yang Li lakukan adalah menghabiskan banyak malam mengingat seperti apa orangtua dan rumahnya.
Ya, Li menggunakan ingatan masa kecilnya untuk menggambar peta desa asalnya secara kasar.
Setelah menggambar peta, kemudian ia beralih ke media sosial untuk meminta bantuan, bertanya kepada orang-orang di mana daerah tersebut.
“Mengingat penampilan orangtua saya dan seperti apa di sekitar rumah saya adalah rutinitas bagi saya untuk waktu yang lama dalam hidup saya,” kata Li Jingwei kepada wartawan.
Selain itu, Li Jingwei juga memberikan sampel darah kepada polisi.
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR