Secara teori, kesenjangan gender merupakan relasi antara perempuan dan laki-laki dalam hal akses, partisipasi, dan lainnya.
"Kalau kita melihat secara teori kesenjangan gender adalah kesenjangan relasi antara laki-laki dan perempuan dalam hal akses, partisipasi, kontrol, manfaat terhadap hasil dan sumber daya pembangunan itu secara definisi," ungkap Lenny dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id, Rabu (9/2/2022).
Jika kesenjengan gender dikaitkan dengan kesehatan ibu hamil maka di sisi pengambilan keputusannya.
"Jadi, kaitannya dengan kesehatan dalam hal ibu hamil dan melahirkan contohnya, perempuan tidak mampu mengambil keputusan terkait dengan kesehatan dirinya, jadi kedudukan dia lemah, dia tidak punya kekuatan untuk memutuskan," sambung Lenny.
Contohnya, para ibu hamil harus menunggu keputusan dari suami ketika hendak melakukan kontrol kandungan, dan lainnya.
"Misalnya, mau melahirkan mau berangkat ke rumah sakit atau gimana? Harus kontrol apa tidak ini? Nah, kedudukan perempuan terkadang dalam memutuskan juga lemah. Harus nunggu dulu padahal suaminya masih di kantor, air ketuban sudah pecah masih harus menunggu lagi," kata Lenny.
Selain itu, masih banyak perempuan yang tidak memiliki kekuatan terkait penggunaan alat kontrasepsi.
Keputusan penggunaan alat kontrasepsi masih didominasi oleh suami.
Selain itu, di dalam keluarga masih banyak yang lebih mengutamakan laki-laki.
"Kemudian, sikap keluarga yang cenderung mengutamakan laki-laki. Misalnya, dalam mengonsumsi makanan yang ada di rumah lebih banyak untuk laki-laki. Nah, hal ini justru akan merugikan perempuan terutama ibu hamil. Karena, ibu hamil kan perlu gizi bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk anak yang ada di dalam kandungannya," ungkap Lenny.
Cara Kementerian PPPA Mengatasi Angka Kematian Ibu Melahirkan
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR