Nakita.id - Moms haru tahu, ternyata ini penyebab kematian ibu melahirkan meningkat.
Ibu yang hendak melakukan persalinan tentu saja wajib menjaga kondisi fisiknya supaya terus sehat.
Terutama, bagi Moms yang akan melahirkan normal, kondisi fisik yang sehat menjadi kunci utama keberhasilan persalinan yang dilaksanakan.
Banyak kasus dimana kondisi fisik ibu sangat lemah ketika melahirkan.
Lemahnya fisik Moms ketika melahirkan tentu saja akan berbahaya untuk diri sendiri dan juga calon buah hati.
Kondisi tersebut juga bisa mempersulit keadaan, dan banyak orang yang harus meregang nyawa akibat tak kuat secara fisik ketika melahirkan.
Akan tetapi, selain fisik yang lemah ternyata ada faktor lain yang berpotensi sebabkan kematian ibu melahirkan.
Faktor tersebut merupakan kesenjangan gender Moms dan Dads.
Kesenjangan gender merupakan suatu kondisi dimana masih banyak orang yang menganggap bahwa kedudukan wanita dan pria tidaklah setara.
Kesenjangan Gender Tingkatkan Kematian Ibu Melahirkan
Munurut Lenny N. Rosalin, SE, .Sc., M.Fin, Deputi Bidang Kesetaraan Gender, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), kesenjangan gender memang bisa jadi penyebab angka kematian ibu melahirkan.
Secara teori, kesenjangan gender merupakan relasi antara perempuan dan laki-laki dalam hal akses, partisipasi, dan lainnya.
"Kalau kita melihat secara teori kesenjangan gender adalah kesenjangan relasi antara laki-laki dan perempuan dalam hal akses, partisipasi, kontrol, manfaat terhadap hasil dan sumber daya pembangunan itu secara definisi," ungkap Lenny dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id, Rabu (9/2/2022).
Jika kesenjengan gender dikaitkan dengan kesehatan ibu hamil maka di sisi pengambilan keputusannya.
"Jadi, kaitannya dengan kesehatan dalam hal ibu hamil dan melahirkan contohnya, perempuan tidak mampu mengambil keputusan terkait dengan kesehatan dirinya, jadi kedudukan dia lemah, dia tidak punya kekuatan untuk memutuskan," sambung Lenny.
Contohnya, para ibu hamil harus menunggu keputusan dari suami ketika hendak melakukan kontrol kandungan, dan lainnya.
"Misalnya, mau melahirkan mau berangkat ke rumah sakit atau gimana? Harus kontrol apa tidak ini? Nah, kedudukan perempuan terkadang dalam memutuskan juga lemah. Harus nunggu dulu padahal suaminya masih di kantor, air ketuban sudah pecah masih harus menunggu lagi," kata Lenny.
Selain itu, masih banyak perempuan yang tidak memiliki kekuatan terkait penggunaan alat kontrasepsi.
Keputusan penggunaan alat kontrasepsi masih didominasi oleh suami.
Selain itu, di dalam keluarga masih banyak yang lebih mengutamakan laki-laki.
"Kemudian, sikap keluarga yang cenderung mengutamakan laki-laki. Misalnya, dalam mengonsumsi makanan yang ada di rumah lebih banyak untuk laki-laki. Nah, hal ini justru akan merugikan perempuan terutama ibu hamil. Karena, ibu hamil kan perlu gizi bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk anak yang ada di dalam kandungannya," ungkap Lenny.
Cara Kementerian PPPA Mengatasi Angka Kematian Ibu Melahirkan
Bagi Lenny, angka kematian ibu sendiri merupakan masalah yang cukup kompleks bukan hanya kesehatan saja.
"Angka kematian ibu merupakan isu yang kompleks, karena itu bukan hanya masalah kesehatan, tapi juga menyangkut masalah sosial, ekonomi, budaya, adat istiadat, di dalam budaya juga ada kesenjangan gender, dan ini merupakan cerminan dari kesejahteraan masyarakat sebetulnya," tutur Lenny.
Lenny menjelaskan, Kementerian PPPA sendiri sudah melakukan banyak program untuk mencegah angka kematian ibu.
Kementerian PPPA juga sudah berkolaborasi dengan berbagai pihak sampai ditingkat desa untuk melakukan program pencegahan kematian ibu melahirkan.
"Kementerian PPPA sendiri melalui tugas dan fungsi kita melakukan sinergi, kolaborasi lintas sektor, dengan terus mendorong, mestreamingkan isu-isu kesenjangan gender ini pada program-program dan kegiatan yang mendukung pada upaya penurunan atau pencegahan angka kematian ibu ini kita lakukan secara itensif, tidak hanya bersama dengan teman-teman di kementerian lembaga, tapi juga pada provinsi, kabupaten kota, dan bahkan sekarang turun sampai di tingkat desa, dan kelurahan," bongkar Lenny.
Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak
Salah satu program unggulan dari Kementerian PPPA untuk mencegah kematian ibu melahirkan adalah dengan mendirikan desa ramah perempuan dan peduli anak.
Dengan adanya desa tersebut, diharapkan hak-hak para perempuan dan anak bisa terpenuhi dengan baik.
Perempuan dan anak juga bisa hidup nyaman, bahagia, dan bisa melakukan banyak hal yang bermanfaat tanpa takut harus dibatasi.
"Karena kita ingin memiliki desa yang ramah perempuan dan peduli anak. Jadi, kalau ramah perempuan dan ramah anak artinya di sana perempuan dan anak terpenuhi hak-haknya, mereka juga terlindungi," kata Lenny.
Lenny berterus terang, desa ramah perempuan dan peduli anak tersebut baru dimulai tahun 2021 kemarin.
Ia juga berharap, supaya ke depannya makin banyak indikator yang digunakan Kementerian PPPA untuk mengukur sejauh mana desa tersebut dapat dikatakan baik untuk perempuan dan anak.
"Jadi, desa ramah anak dan perempuan ini baru diinisiasi sejak tahun 2020, jadi intensif dilakukan sejak tahun 2021. Mudah-mudahan nanti banyak sekali indikator-indikator yang akan kita gunakan untuk mengukur sejauh mana sebuah desa itu mampu memberikan yang terbaik untuk perempuan dan anak," tutup Lenny.
Nah, itu dia penyebab angka kematian ibu melahirkan meningkat dan bagaimana cara Kementerian PPPA mengatasinya.
Baca Juga: Cara Membuat ASI Lancar Setelah Melahirkan, Ternyata Cukup Lakukan Hal Ini Sebelum Persalinan
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR