Nakita.id - Moms, pernah dengar kalau Moms yang sedang hamil muda tidak boleh naik pesawat karena takut keguguran. Benarkah hal itu?
Selama ini banyak orang memilih untuk naik pesawat jika ingin melakukan perjalanan jauh.
Pasalnya naik pesawat bisa menghemat waktu, karena Moms akan sampai di tempat tujuan dengan cepat.
Namun, meski banyak orang memilih untuk melakukan perjalanan dengan pesawat, ibu hamil tetap memilih untuk tak pergi atau mencari transportasi umum lainnya.
Hal ini berkaitan dengan penyataan ibu hamil tak boleh naik pesawat karena takut keguguran.
Dan pernyataan ini berlaku pada Moms yang sedang hamil muda. Apa benar keguguran bisa terjadi karena naik pesawat?
Mari kita cek mitos vs fakta kehamilan berikut ini.
Pernyataan soal Moms yang hamil muda tak boleh naik pesawat karena akan menyebabkan keguguran ini jelas mitos kehamilan ya Moms.
Karena tak ada dokter atau peneliti menyatakan hal tersebut.
Justru dokter dan ahli sepakat bahwa ibu hamil yang tak mengeluh adanya komplikasi dinyatakan aman untuk naik pesawat.
Naik pesawat pada usia kehamilan 1 bulan atau trimester 1 dinilai tidak akan menimbulkan risiko berbahaya bagi ibu dan calon bayinya.
Yang ditakutkan saat ibu hamil 1 bulan naik pesawat adalah terjadinya morning sickness karena hal ini memang membuat Moms susah.
Tapi kalau kehamilan sudah stabil, tidak apa-apa ibu hamil naik pesawat.
Yang harus diwaspadai sebenarnya ketika usia kandungan masuk trimester 3, tepatnya 37 minggu.
Hal ini karena ibu hamil dengan usia kehamilan tersebut bisa memicu kelahiran prematur.
Karena itu biasanya pihak maskapai tak mengizinkan wanita dengan kehamilan di atas 36 minggu untuk terbang.
Kemudian ibu hamil yang tidak dibolehkan naik pesawat adalah ibu hamil bayi kembar.
Wanita dengan kehamilan kembar tidak disarankan naik pesawat sejak usia kehamilan 32 minggu karena risikonya untuk melahirkan lebih cepat sangat besar.
Salah satu hal yang perlu diwaspadai ibu hamil saat melakukan penerbangan adalah risiko gumpalan darah di area kaki (DVT).
Kondisi tersebut lebih sering terjadi dalam penerbangan jarak jauh atau kondisi sempit seperti di kelas ekonomi.
DVT merupakan kondisi yang berbahaya karena bisa menyebabkan gumpalan darah lolos dan mengalir ke paru-paru sehingga penderita sulit bernapas, bahkan meninggal dunia.
Salah satu cara untuk mencegah DVT adalah penggunaan stoking kompresi elastis.
Ibu hamil juga tidak perlu khawatir dengan alat pendeteksi di bandara karena tidak menyebabkan efek berbahaya pada janin.
Radiasi pada alat pemindai semacam itu umumnya rendah.
Ibu hamil yang tidak disarankan untuk melakukan perjalanan dengan pesawat adalah mereka yang menderita anemia berat, baru mengalami perdarahan, mengalami penyakit pernapasan, dan retak atau patah tulang.
Menurut Prof.Ian Greer dari Universitas Liverpool, Inggris, belum ada bukti yang menyebutkan terbang pada kehamilan di trimester satu akan menyebabkan keguguran.
Namun, jika ibu hamil punya riwayat keguguran atau bayi meninggal di kandungan, sebaiknya lakukan USG dan pemeriksaan ke dokter untuk mengetahui posisi janin dan gangguan kehamilan lainnya, sehari sebelum terbang.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR