Mereka secara alami menghasilkan solanin yang beracun bagi manusia jika tertelan dalam jumlah cukup besar.
Lauren Harris-Pincus, MS, RDN, penulis buku The Everything Easy Pre-Diabetes Cookbook dan The Protein-Packed Breakfast Club menuturkan dalam Eating Well, bahwa kentang memiliki dua jenis glikoalkaloid (racun alami) yaitu solanin dan chaconine.
Kentang yang berwarna hijau bukan berasal dari klorofil melainkan warna hijau itu merupakan indikasi bahwa konsentrasi glikoalkaloid tinggi.
Harris-Pincus juga menegaskan bahwa kentang sear seharusnya tidak terlihat bertunas atau memiliki warna hijau pada kulitnya.
Maka dari itu, jika Moms menemukan kentang sudah berubah warna jadi hijau itu termasuk peringatan untuk tidak mengolahnya.
Kentang yang bertunas atau berwarna hijau memiliki kadar racun yang tinggi dan tidak aman lagi untuk dikonsumsi.
Menurut seorang spesialis Diana M. Pei, Pharm. D., dilansir dari Eating Well, kandungam solanin dan chaconine dapat menyebabkan gejala seperti muntah, sakit perut, buang air besar tidak teratur, diare, sakit kepala, brain fog, kemerahan pada kulit, kebingungan dan demam.
Usut punya usut, ada beberapa kasus kematian dilaporkan setelah makan kentang beracun, tetapi umumnya gejala ini bisa diobati di rumah.
Timbulnya gejala biasanya dalam beberapa jam, namun ada juga yang memakan waktu hingga satu hari, dalam beberapa kasus.
Lantas bagaimana kita bisa melindungi diri?
Cara terbaik yang utama adalah dengan membuang kentang yang mengandung bercak hijau atau tumbuh tunas.
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR