“Di awal perjalanan 2013, saya sekadar menjual produk kecantikan dari seorang dokter," kata Shandy.
"Dua tahun berselang, saya berhasil merilis brand MS Glow bermodalkan investasi pribadi yang saya kumpulkan dari hasil berjualan online," tambahnya.
Shandy mengaku tetap berusaha memperlebar bisnisnya dengan menawarkan pada konsumen royal untuk menjadi reseller.
Seiring berjalan waktu, Shandy mengaku bersyukur karena sudah memeroleh reseller sejumlah 3.000 orang.
"Kami sadar, kami harus mengintegrasikan online dengan offline karena tidak semua target konsumen dapat mengakses salah satu saluran ini saja," tuturnya.
Ia juga menjawab isu miring tentang hasil penjualan skincare MS Glow dengan mengungkap jumlah produk yang terjual dalam satu bulan.
“Alhamdulillah, di era pandemi, ketika banyak sekali bisnis yang struggling karena peralihan dari offline ke online, kami justru bisa membukukan penjualan lebih dari 2 juta per bulan," kata Shandy Purnamasari.
Masih dari sumber yang sama, Gilang menyebutkan kalau MS Glow bisa mengantongi omset sampai Rp600 miliar dalam satu bulan.
"Dua juta kalikan harga produk yang mulai dari Rp 50.000 – Rp 150.000, paket Rp 300.000. Anggap saja Rp 300.000 kali dua juta, itu Rp 600 miliar per bulan," ucap Gilang.
Gilang dan Shandy memutuskan mengungkap perjalanan bisnis mereka karena munculnya isu tak sedap.
Salah satunya pabrik mereka disebut ilegal dan abal-abal karena tidak memiliki izin yang sah.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR