Nakita.id - Kemampuan makan ternyata berperan dalam kemampuan bicara anak.
Untuk itu, orangtua perlu memerhatikan kemampuan ini.
Hal yang harus diingat, proses belajar makan makanan padat sangat membantu kemampuan bicara anak.
Jadi setelah memasuki usia 1 tahun, biasakan memberi anak makanan yang diolah sama seperti makanan keluarga pada umumnya.
BACA JUGA : Wow! Inilah manfaat Lagu Anak-Anak untuk Masalah Keterlambatan Bicara
Hanya saja potongan sayur dan lauknya lebih kecil daripada potongan untuk anak yang sudah besar dan giginya sudah lengkap.
Makanan padat dan kasar merangsang anak untuk mengunyah.
Aktivitas ini sangat penting bagi pembentukan rahang dan gigi yang sempurna.
Keduanya merupakan alat artikulasi yang memungkinkan seseorang melafalkan kata-kata dengan baik.
Jika tahapan pemberian makanan ini tidak diperhatikan, sangat mungkin si batita tidak mendapatkan stimulasi yang cukup.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, perkembangan bicara berawal dari refleks yang terkait dengan muntah, kemampuan mengontrol udara dalam rongga mulut, serta menggerakkan lidah, rahang, dan bibir.
BACA JUGA : Deretan Koleksi Tas Nagita Slavina, Total Harganya Bisa Untuk Beli Rumah!
Kelancaran bicara juga dipengaruhi kemampuan anak mengontrol air liurnya agar tidak mengiler dengan cara ditelan, dan berhenti mengisap jempol pada waktunya.
Tentu saja, kemampuan bicara juga terkait dengan kepekaan pendengaran dan pemahaman dari apa yang didengarnya.
Kurangnya kesiapan organ bicara dapat diketahui dari tidak matangnya perkembangan sensori anak.
Cirinya, anak selalu muntah setiap kali memperoleh makanan dalam bentuk padat atau agak kasar.
Kurang berkembangnya organ bicara ditandai pula dengan rendahnya kemampuan otot oral motor.
BACA JUGA : Sering Ditanya Bagaimana Karakter Sang Suami, Ini Jawaban Donita
Cirinya, anak belum bisa mengorganisasi dengan baik makanan dan minuman yang ada di mulutnya seperti tidak bisa mengunyah dan menyedot dengan baik dan kontinu.
Meski demikian, ada juga anak batita yang organ bicaranya sensorik maupun motoriknya belum siap meski ayah dan ibu sudah mematuhi betul tahapan pemberian makanan.
Hal ini biasa terjadi pada anak-anak dengan riwayat prematuritas, mengalami sindrom down, atau gangguan perkembangan lainnya.
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR