Sedangkan pola asuh permisif Pola asuh ini memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur / memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Pola asuh ini disukai anak karena mereka bisa bebas berperilaku. Membiarkan anak melihat gambar yang tidak layak untuk anak kecil, degan pertimbangan anak masih kecil. Sebenarnya, orang tua yang menerapka pola asuh seperti ini hanya tidak ingin konflik dengan anaknya, juga hanya ingin menyenangkan anak.
Solusi Agar Pola Asuh Mama dan Papa Tepat
Sejatinya selalu ada solusi dari setiap permasalahan yang ada. Berikut solusi yang dapat Mama jalankan dari Fitriani:
Selalu luangkan waktu buat si kecil. Bila sangat sibuk karena bekerja. Pakailah pola 15 15. Artinya, sedapat mungkin orangtua berkomunikasi dengan anak 15 menit di pagi sebelum bekerja kemudian 15 menit di malam hari sepulang bekerja. Bagaimana bila tak sempat bertemu? Tetap lakukan komunikasi meski lewat telepon, telepon dengan fasilitas video, chat dan lainnya.
Luangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak. Jadilah wadah yang senantiasa menampung segala curhatan anak. Dengan begitu, anak tidak mencari sosok lain untuk mengeluarkan uneg-unegnya.
Selalu awasi anak, baik kegiatannya, teman-temannya, timeline sosial medianya, dan banyak lain yang perlu orangtua awasi. Bila ada sesuatu yang ganjil, teman-teman yang dirasa akan membawanya pada hal-hal negative, jangan sungkan untuk menanyakannya kepada anak.
Sediakan waktu untuk bermain dengan anak.
Terapkan pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua dengan perilaku ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
Memang, untuk meminimalkan gangguan perilaku apalagi kejahatan seksual perlu bantuan dari berbagai pihak. Semuanya harus dilakukan secara bersama-sama. Baik orangtua, guru, lingkungan, bahkan pemerintah. Pemerintah dengan berbagai aturan yang dapat mencegah agar perilaku itu tak terjadi, seperti dengan memblokir situs-situs porno, membatasi peredaran minuman keras, membuat kurikulum yang ramah anak, hingga menaikkan taraf hidup sekaligus menurukan beban hidup sehingga masyarakat tidak kelewat oleh berbagai beban hidup yang berat. “Tidak bijak juga bila semua perilaku salah anak dibebankan pada satu sosok, yaitu orangtua,” begitu diungkapkan Fitriani yang juga Ketua Yayasan Pendidikan Lentera Zaman ini.
KOMENTAR