Nakita.id - Kementerian PPPA angkat bicara terkait fenomena mom shaming yang kini sering dirasakan para ibu.
Mom shaming merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris, dan artinya adalah ibu yang dipermalukan.
Dipermalukan yang dimaksud adalah dimana seorang ibu mendapat tindakan dari orang lain berupa komentar negatif yang bersifat menyudutkan, mempermalukan, menghakimi, dan lainnya.
Sebagian besar orang yang mendapat tindakan mom shaming pun cenderung tak akan nyaman.
Ada orang yang merasa marah ketika mendapat komentar negatif dari orang lain.
Komentar negatif yang diberikan biasanya berkaitan dengan pola asuh yang dilakukan ataupun keputusan-keputusan yang seorang ibu ambil untuk anaknya.
Namun, ada juga yang hanya menyimpan kekesalannya sendiri dan berujung merasa sedih.
Tindakan mom shaming sendiri memang hanya sekadar kata-kata saja, bukan tindakan fisik.
Hanya saja, kata-kata pun sama menyakitkannya seperti tindakan fisik.
Baca Juga: Supaya Bisa Saling Menghargai, Begini Cara Memutus Rantai Mom Shaming Menurut Psikolog
Pengertian Mom Shaming Menurut Kementerian PPPA
Karena fenomena mom shaming sendiri banyak dialami ibu, akhirnya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) ikut bersuara.
Kementerian PPPA menjelaskan, sampai saat ini pun persoalan mom shaming masih menjadi pembicaraan.
Serta, dianggap menjadi suatu masalah yang harus dialami para ibu.
"Menurut Kementerian PPPA terkait dengan mom shaming, sampai saat ini masih menjadi suatu hal yang dibicarakan, dan menjadi persoalan masalah perempuan yang memang berperan sebagai ibu itu memang tidak terlepas dari wacana ibu yang ideal ada di masyarakat, namun terkadang mereka justru mengalami mom shaming," kata Rohika Kurniadi Sari, SH., MSi, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak Atas Pengasuhan dan Lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Menurut Rohika, mom shaming merupakan suatu tindakan yang merendahkan seorang ibu.
"Mom shaming memang merupakan suatu tindakan merendahkan, menghakimi, atau mencela seorang ibu terkait pola pengasuhannya, atau keputusan yang diambil untuk merawat anak," sambung Rohika.
Rohika pun sadar bahwa banyak sekali ibu yang kesehatan mentalnya terganggu akibat mom shaming.
"Memang banyak yang akhirnya kesehatan mentalnya terganggu akibat mengalami tindakan Mom shaming ini," kata Rohika.
Tanggapan Kementerian PPPA Soal Maraknya Mom Shaming
Karena sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan mental, maka Kementerian PPPA berharap supaya segala saran atau kritik yang ingin disampaikan pada ibu harus dilakukan dengan baik.
Hindari kalimat-kalimat negatif, atau pun intonasi negatif.
Supaya para ibu yang menerima kritik tersebut tidak merasa tersudutkan.
Serta, merasa gagal atas pola pengasuhannya Moms.
"Menurut Kementerian PPPA sendiri, diharapkan setiap saran atau masukan yang diberikan kepada ibu harus disampaikan dengan baik, serta menghindari intonasi negatif supaya yang menerima masukan tidak merasa disudutkan, merasa buruk dan gagal atas pola pengasuhannya," ungkap Rohika.
Kementerian PPPA juga menyampaikan, mom shaming sendiri rentan dialami oleh para ibu baru.
Karena biasanya, ibu baru cenderung lebih mudah stres dan sensitf karena kaget saat baru pertama kali punya anak.
Baca Juga: Bisa Jadi Solusi Ibu yang Mengalami Mom Shaming, Begini Tips Self Love dari Psikolog
Hal tersebutlah yang membuat ibu baru mudah terganggu kesehatan mentalnya.
"Kebanyakan mom shaming dialami oleh ibu baru yang memang sangat rawan mengalami stres dan sensitif karena perubahan mental dan fisik sehingga menyebabkan tekanan yang berlebih dalam pikirannya juga lelah, hal itu membuat seseorang mudah terganggu kesehatan mentalnya," ungkap Rohika.
Pentingnya Support System
Rohika juga menjelaskan bahwa support system sendiri sangat penting untuk para ibu yang menjadi korban mom shaming. Support system di dalam keluarga pun harus dibangun dengan kuat.
"Memang perlu adanya support system. Support system itu harus berjalan dengan baik, support sytem memang tidak bisa datang dengan tiba-tiba harus dibangun dengan baik dan juga diinginkan, dan hal ini sangat penting. Siapa yang bisa menjadi support system? Tentu saja keluarga seperti suami, orangtua, mertua, kakak, adik, sodara, jadi memang penting di dalam keluarga membangun support system," jelasnya.
Rohika menyampaikan bahwa ketika seorang ibu mengalami Mom shaming maka akan berdampak kepada tumbuh kembang anaknya.
"Ketika seorang ibu mengalami mom shaming ketahanan keluarga pun tidak akan terwujud karena menjadi tidak bahagia, setiap individu di dalam keluarga tentu tidak puas dengan kehidupan yang dialaminya, dan anak-anak pun tidak akan mencapai tumbuh kembang secara baik," ucap Rohika.
Perlu diingat juga, pertumbuhan anak bukan hanya dari fisiknya saja, melainkan juga mental, spirtual, moral, serta sosialnnya juga harus baik.
Untuk melihat kembali tanggapan Kementerian PPPA soal mom shaming, cek halaman 3. (*)
Baca Juga: Apakah Ada Kaitannya Mom Shaming dengan Baby Blues? Begini Penjelasan dari Psikolog
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR