Nakita.id - Apakah Moms tahu cara mencegah penularan cacar monyet?
Beberapa pekan terakhir ini, kabar terkait kasus virus cacar monyet cukup banyak terjadi di beberapa negara Eropa, Amerika Serikat, hingga Australia.
Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melakukan pertemuan darurat untuk membahas maraknya penyebaran cacar monyet atau monkeypox.
Ditambah, pandemi Covid-19 yang masih jauh dari kata usai sehingga menambah kekhawatiran kita.
Mengutip Cleveland Clinic via Kompas, cacar monyet adalah penyakit langka yang mirip dengan cacar air, dan disebabkan oleh virus cacar monyet.
Menurut Brad Hazzard, Menteri Kesehatan New South Wales, dalam jumpa pers liputan Washington Post, virus ini ditemukan pertama kali pada monyet tahun 1958, kemudian ditemukan pada manusia tahun 1970 di sebuah negara di Afrika.
Penularan cacar monyet ini terjadi melalui kontak dengan binatang atau dengan orang yang terjangkit, seperti luka terbuka (gigitan atau cakaran), cairan tubuh, darah, hingga cairan cacar pada binatang yang terinfeksi.
Tak hanya itu, Moms. Penularan infeksi cacar monyet juga bisa terjadi melalui kontak antarmanusia meski jarang.
Yakni, melalui cairan yang keluar akibat batuk atau bersin, sehingga virus dapat menular melalui partikel di udara.
Meski di Indonesia sendiri belum terdeteksi satu pun kasus cacar monyet, penting bagi Moms sekeluarga untuk mengetahui bagaimana cara mencegah penularan cacar monyet.
Tapi sebelum itu, ada baiknya jika Moms mengetahui apa saja tanda dan gejala cacar monyet itu sendiri.
Mengutip laman Kementerian Kesehatan, masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) cacar monyet biasanya 6-16 hari, tetapi dapat berkisar dari 5-21 hari.
Gejala awal yang timbul adalah demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas.
Limfadenopati ini dapat dirasakan di leher, ketiak atau selangkangan.
Kemudian dalam 1-3 hari setelah gejala awal atau fase prodromal, akan memasuki fase erupsi berupa munculnya ruam atau lesi pada kulit biasanya dimulai dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya secara bertahap.
Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah.
Kemudian, lepuh ini akan mengeras atau menjadi keropeng lalu rontok.
Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai periode tersebut menghilang dan rontok.
Baca Juga: Cacar Monyet Pertama Kali Masuk Asia, Simak Perbedaannya dengan Cacar Air!
Salah satu cara mencegah penularan cacar monyet adalah dengan mendapatkan vaksin cacar, tetapi penggunaannya saat ini masih terbatas pada orang yang bekerja di laboratorium dengan virus variola (cacar).
Cara lainnya juga bisa Moms sekeluarga lakukan dengan melakukan beberapa hal kecil sebagai berikut:
- Menghindari kontak dengan hewan yang terinfeksi (terutama hewan yang sakit atau mati)
- Menghindari kontak dengan tempat tidur dan benda lain yang terkontaminasi virus
- Mencuci tangan dengan sabun dan air setelah bersentuhan dengan hewan yang terinfeksi
- Memasak secara menyeluruh semua makanan yang mengandung daging atau bagian hewan
- Menghindari kontak dengan orang yang mungkin terinfeksi virus
- Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat merawat orang yang terinfeksi virus
Meski berisiko tinggi menular, Washington Post mengklaim bahwa cacar monyet tidak akan mencapai efek penularan hingga tingkat pandemi seperti virus Covid-19, dan masyarakat dihimbau untuk tetap menjaga kebersihan dan kesehatan.
Baca Juga: Viral Kasus Cacar Monyet di Singapura, Seperti Apa Pengobatan Cacar Monyet?
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR