"Karena kita nggak tahu proses persalinan tiba-tiba ada pendarahan, membutuhkan obat-obatan, tiba-tiba harus pemakaian infus, cairan nggak cuma satu, dua, alat, kemudian barang habis pakainya juga banyak, kemudian obat-obatan," jelas Bidan Tantri.
Alasan melahirkan di bidan lebih terjangkau karena pengelolaan secara mandiri.
"Budget-nya lebih terjangkau oleh para ibu-ibu, kenapa? Karena yang pertama, praktik mandiri bidan dikelola oleh bidan secara mandiri. Fasilitas, fasilitas yang diberikan di praktik mandiri bidan berbeda dengan di rumah sakit," tutur Bidan Tantri.
"Contoh yang bisa dilihat adalah ketika ada kondisi khusus, atau emergency, atau darurat kebidanan, bidan yang ada di praktik mandiri bidan tidak bisa menyelesaikan masalah itu, kemudian dirujuk ke rumah sakit. Itu kenapa budget melahirkan di rumah sakit lebih tinggi daripada di praktik bidan mandiri," jelas Bidan Tantri.
Bidan Tantri juga menjelaskan bahwa kesiapan peralatan, tenaga, dan situasi di rumah sakit akan selalu siap dalam kondisi apapun.
Hal ini tentu berbeda dengan di praktik bidan mandiri bidan, yang mana fasilitasnya terbatas.
Pengalaman menarik dari Mom Evi Hilda yang juga menjadi narasumber saat itu bahwa ternyata dirinya hanya mengeluarkan biaya persalinan kurang lebih Rp1 juta saat melahirkan di bidan.
Biaya lahiran di bidan menurut Evi di setiap daerah berbeda-beda.
"Kemarin aku lahiran pertama itu menghabiskan dana sekitar Rp1 jutaan, dari sana aku menyiapkan dana sekitar Rp2 jutaan. Dan alhamdulillah lahiran kedua itu menghabiskan budget sekitar Rp1,5 jutaan," cerita Bidan Evi.
Menurut Bidan Tantri, tentu biaya yang dipatok bidan yang satu dengan yang lain berbeda tergantung bagaimana fasilitas yang tersedia di praktik mandiri bidan dan juga yang didapatkan oleh Moms.
"Masing-masing bidan praktik mandiri pastinya punya daya jual masing-masing. Unique selling point-nya beda-beda, itu kenapa membedakan praktik mandiri bidan yang satu dengan yang lain.
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR