Nakita.id - Dianggap lucu dan menggemaskan, tapi berbahayakah anak terlalu gemuk?
Moms harus selalu ingat bahwa kebutuhan nutrisi anak itu sangat penting untuk tumbuh kembangnya.
Hal ini dilakukan agar tumbuh kembang anak bisa berjalan secara optimal, juga bisa terhindar dari berbagai masalah tumbuh kembang kedepannya.
Oleh karena itu, pastikan Moms selalu memenuhi kebutuhan nutrisi yang baik dan sehat untuk Si Kecil.
Namun, cukup banyak orangtua yang sering mengeluhkan sang buah hatinya yang kurus dan sangat susah makan.
Lalu, tak sedikit pula orangtua yang melihat teman-temannya di sekolah sangat aktif makan, sehingga lebih gemuk dan aktif beraktivitas.
Hal inilah yang memunculkan anggapan bahwa anak gemuk itu anak yang sehat, serta menggemaskan.
Apakah benar anggapan tersebut, atau hanyalah mitos belaka?
Simak selengkapnya untuk mencari tahu jawabannya menurut dokter gizi anak ini.
Baca Juga: Gemuk Tak Selalu Menggemaskan, Waspada Obesitas pada Anak dan Bantu Mengatasinya dengan Benar
Jadi, berbahayakah anak terlalu gemuk? Jawabannya adalah benar, Moms!
Bahkan, anak gemuk itu anak yang sehat dan menggemaskan justru merupakan mitos belaka.
Hal ini diungkapkan sendiri oleh dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A(K), dokter spesialis anak konsultan nutrisi metabolik anak di Rumah Sakit Pondok Indah.
“Anggapan bahwa anak gemuk itu sehat dan lucu sebetulnya hanya mitos, karena anak gemuk justru mudah sakit,” terang dr. Cut saat diwawancarai Nakita pada Jumat lalu (3/6/2022).
dr. Cut menjelaskan, anak gemuk ternyata bisa mengalami penyakit akibat komplikasi kegemukan saat mencapai usia sekolah.
Misalnya, ngorok, tekanan darah tinggi (hipertensi), kadar kolesterol tinggi, perlemakan hati, asma, gangguan tidur (sleep apnea), kaki bengkok membentuk huruf ‘O’, hingga kencing manis (diabetes mellitus).
“Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 mencatat angka kegemukan pada anak mencapai 11%,” kata dr. Cut.
“Angka ini bisa mencapai 30% di daerah perkotaan, yang artinya 1 dari 3 anak mengalami kegemukan. Hal ini bisa bahaya, karena anak dan orangtua merasa bahwa anak gemuk adalah hal yang wajar dan justru lebih sehat,” ucapnya melanjutkan dengan tegas.
Baca Juga: Anak Gemuk Tak Selalu Menggemaskan, Cari Tahu Bahaya yang Mengintai
dr. Cut menjelaskan bahwa beberapa tahun belakangan, kejadian diabetes mellitus tipe 2 semakin meningkat pada anak dan remaja.
“Penelitian menunjukkan bahwa 85% anak yang mengalami diabetes mellitus tipe 2 merupakan anak yang gemuk,” ungkapnya.
Selain itu, dr. Cut juga menyampaikan bahwa anak yang gemuk akan berisiko terkena hipertensi tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak gemuk.
“Hampir separuh dari anak yang gemuk sudah mengalami dislipidemia,” katanya.
Sebagai informasi, dislipidemia merupakan suatu kondisi dimana kadar trigliserida tinggi, kolesterol jahat atau low density lipoprotein (LDL) tinggi, serta kolesterol baik atau high density lipoprotein (HDL) rendah.
dr. Cut juga menyampaikan, kegemukan pada anak juga dapat menimbulkan dampak psikologis.
Mulai dari sering merendahkan diri karena sering diejek oleh teman, merasa kesepian, meningkatkan risiko depresi, lebih mudah stres, hingga memiliki gangguan belajar.
Oleh karenanya, sebagai orangtua, dr. Cut sangat menegaskan untuk segera menyadari masalah kegemukan pada anak ini.
Juga, mengambil inisiatif untuk mencegah kegemukan pada anak sejak dini, agar tidak terus berlangsung hingga usia dewasa.
Baca Juga: Benarkah Media Sosial Memengaruhi Pilihan Makanan Tak Sehat pada Anak?
Lalu, bagaimana tips mencegah kegemukan pada anak yang bisa dilakukan?
dr. Cut memberikan tiga tips yang bisa Moms coba sendiri.
“Pertama, terapkan jadwal makan yang teratur sehingga anak belajar rasa lapar dan kenyang,” saran dr. Cut.
“Selain itu, jangan biasakan memberikan makanan sebagai hadiah,” ucapnya dengan tegas.
Kedua, dr. Cut juga mendorong orangtua untuk membiarkan anak beraktivitas fisik sesuai usianya.
Misalnya, membiasakan bayi untuk beraktivitas tummy time, mengajak anak batita bermain di taman, atau mendorong anak usia sekolah untuk mengikuti tim olahraga di sekolahnya.
Terakhir, yang kerap dilupakan orangtua, adalah dengan mengurangi screen time atau waktu yang dihabiskan anak untuk menonton televisi atau perangkat elektronik lain.
“Batasi screen time maksimal 2 jam per hari dan anak di bawah 2 tahun tidak dianjurkan untuk menonton televisi atau semacamnya,” kata dr. Cut dengan tegas.
“Jika anak sudah mengalami kegemukan, segera bawa anak ke dokter untuk mencegah timbulnya komplikasi atau mengatasi komplikasi penyakit yang sudah ada,” tutupnya.
Baca Juga: Si Kecil Ternyata Kegemukan? 5 Cara Mudah Ini Bisa Mengatasi Anak Kegemukan
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR