“Hal ini bisa terjadi karena IUD bisa menyebabkan peradangan yang bersifat non-infeksi pada lapisan uterus, sehingga menimbulkan respons perdarahan,” jelasnya.
Efek samping tersebut berbeda dengan efek samping yang ditimbulkan KB IUD yang disertai dengan hormon.
“Sementara, untuk IUD yang disertai dengan hormon, keberadaan hormon akan mungkin mneyebabkan gangguan atau keterlambatan pada siklus menstruasinya,” tegas dr. Andry.
Tak semua perempuan dapat menggunakan KB IUD, dr. Andry, Sp.OG menjelaskan KB jenis ini hanya boleh digunakan perempuan usia produktif.
Namun, ada beberapa kondisi yang membuat KB IUD tak disarankan untuk digunakan, Moms. Salah satunya oleh perempuan yang menderita radang pelvis atau infeksi menular seksual dan bagi wanita dengan perdarahan abnormal dari dalam rahim.
Jika berencana memasangnya, Moms juga harus memerhatikan pantangan dari pemasangan KB IUD. dr. Andry, Sp.OG mengatakan, pantangan penggunaan KB IUD adalah tidak menarik benang IUD dan memasukkan benda-benda seperti menstrual cup, atau alat bantu seks ke dalam vagina.
“Apabila merasa ada ketidaklaziman dari tali IUD, seperti keluar dari rahim hingga menyebabkan pendarahan, segera periksakan kondisi ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan, karena ada kemungkinan IUD berpindah posisi atau terjadi infeks,” papar dr. Andry.
Dalam pemasangan KB IUD, Moms juga tak boleh sembarangan. Karena, proses pemasangan dan pelepasan KB IUD hanya bisa dikerjakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
“Apabila setelah pemasangan terjadi keluhan seperti kram perut bawah berkepanjangan hingga ganggungan berlebihan pada siklus menstruasi, silahkan berkonsultasi pada dokter,” tuturnya.
“Proses pelepasan IUD hanya dapat dilakukan dokter dan pemeriksaan serta penggantian IUD harus sesuai masa pakainya harus dilakukan secara berkala,” lanjut dr. Andry lagi.
Setelah dipasang, KB IUD bisa saja bermasalah lo, Moms. Lalu, tanda-tanda apa yang muncul jika KB IUD bermasalah?
Penulis | : | Geralda Talitha |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR