“Inilah cairan yang disebut dengan keputihan yang fisiologis yang enggak perlu dilakukan dengan pengobatan,” sambungnya.
Akan tetapi, yang menjadi masalah apabila keputihan yang dialami termasuk keputihan abnormal. Mungkin banyak Moms yang berpikir bahwa di dalam vagina adalah daerah yang steril. Namun, dr. Rudi menegaskan bahwa itu adalah anggapan yang salah.
Pasalnya, di dalam vagina itu harus ada kumannya. Kuman yang baik seperti Lactobacillus untuk mengolah lingkungan supaya tetap dalam kondisi basah.
Perubahan pola kuman ini dapat terjadi oleh adanya infeksi virus, infeksi jamur, atau hal lainnya. Keputihan yang demikian merupakan keputihan patologis yang perlu diwaspadai.
Maka dari itu, Moms perlu memahami dengan baik apakah keputihan yang dialami keputihan fisiologis atau patologis.
“Tapi, hati-hati juga jangan anggap enteng juga, karena kadang kala, pada kasus tertentu kalau ada keputihan tidak pernah dilakukan pemeriksaan, ternyata karena lingkungan di vagina sudah berubah oleh karena infeksi viral yang disebut dengan virus HPV (Human Papilloma Virus)” jelas dr. Rudi.
Lantas, bagaimana cara membedakan keputihan saat hamil yang perlu mendapatkan penanganan?
Menurut dr. Rudi, cara untuk membedakan keputihan yang fisiologis maupun patologis dapat dilihat dari tiga gejala penting.
“Misalnya, keputihannya itu tidak bau, keputihan tidak gatal, dan tidak berwarna, maka itu berarti keputihannya yang keputihan fisiologis. Tidak perlu dikhawatirkan,” paparnya.
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR