Anak sudah mulai mengeluarkan bunyi dengan menunjukan respon “cooing” sejak usia 6 bulan.
“Biasanya bayi sejak usia 3 bulan bisa kita ajak ngomong, maka dia akan membalas mengeluarkan suara "ooo...ooo" seperti itu,” ungkap dr. Rusma.
Anak akan belajar menggunakan bunyi-bunyi ujar dan menirukan intonasi yang diucapkan orang-orang di sekelilingnya.
Sebaliknya, bila perkembangan ini tidak terjadi sampai usia 6 bulan maka perlu waspada bahwa adanya keterlambatan bicara.
Perisitiwa penting lainnya terjadi ketika anak sudah mulai mengoceh atau yang disebut juga bablling.
Umumnya, bayi yang berusia 10 bulan sudah mulai mengoceh mengucapkan sejumlah bunyi ujar tanpa makna.
Dikutip dari buku “Gangguan Berbahasa : Kajian Pengantar” (2017) oleh Rohmani Nur Indah terbitan UIN–Maliki Press, seorang anak dalam masa bablling ini cenderung mengkombinasikan antara bunyi konsonan yang diikuti dengan bunyi vokal.
Kemudian dr. Rusma mengatakan bahwa jika anak belum bisa babbling saat usia 10 bulan maka ini juga perlu jadi red flag bagi orang tua.
Mengenai umur berapa anak bisa bicara berbeda-beda. Namun yang perlu diperhatikan juga adalah adanya indikasi keterlambatan bicara bila tidak bisa mengatakan hal ini di usianya.
Lebih lanjut lagi, dr. Rusma mengungkapkan saat usia 12 bulan anak sudah mulai menggunakan gestur sederhana seperti dadah, bye-bye, gerakan tangan menjulurkan tangan minta digendong.
Indikasi keterlambatan bicara juga patut diwaspadai saat mereka berusia 18 bulan. “Belum mampu menyebut kata selain mama papa, belum mampu memahami perintah sederhana, belum mampu menunjuk benda yang diinginkan saat usia 18 bulan,” ungkapnya.
Kulkas Side by Side New Belleza 4 Pintu dari Polytron, Dirancang Khusus untuk Dukung Tren Gaya Hidup Modern
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR