Validasi yang dimaksud disini adalah, Moms sebagai orangtua perlu mengakui serta menerima emosi takut yang sedang dirasakan anak.
"Sebagai contoh, 'Kakak merasa takut ya untuk coba naik ayunan' atau, 'Adek masih takut ya untuk main sama teman baru'," kata Jane.
"Jadi, jangan disangkal emosi anak, misalnya 'Aduh Kak enggak usah takut, masa naik ayunan aja takut' atau, 'Ayo Dek, main sama temanmu, jangan takut dong, teman kamu baik kok'," katanya melanjutkan.
Jane menyampaikan, setelah validasi emosi sudah dilakukan, berikutnya pastikan kita sebagai orangtua hadir dan menemani anak.
"Jangan malah ditinggalkan atau di-time out. Karena pada saat merasa takut, anak butuh rasa aman dan nyaman dari orang tuanya," ungkapnya.
Setelah anak lebih tenang dan memastikan bahwa kita selalu hadir di dekatnya, Moms bisa coba mengajak anak untuk mencoba secara perlahan-lahan.
"Misalnya, 'Mama temani ya naik ayunannya. Adek bisa duduk di pangkuan mama sambil pegang lengan mama ya'," saran Jane.
Tak sampai di situ, cara mengatasi anak penakut jadi lebih berani berikutnya adalah dengan memberikan apresiasi kepada anak atas usahanya yang mau mencoba hal baru, meski masih didampingi orangtua.
Kemudian, perlahan-lahan rutinkan hal tersebut agar anak semakin terbiasa.
Misalnya, ketika naik ayunan setiap hari atau setiap minggu.
Moms bisa mengawalinya dengan memangku saat anak naik ayunan.
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR