Nakita.id – Sebagai orangtua, Moms tentu ingin memastikan anak mendapatkan semua gizi agar tidak kelaparan.
Termasuk, mencukupi kebutuhan nutrisi yang berasal dari buah, sayuran, maupun makanan sehat lainnya.
Dengan mendapatkan semua asupan itu, tentu akan sangat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Saat mereka belum bisa makan sendiri, Moms akan menyuapi sendok demi sendok agar masuk ke dalam perut dengan baik.
Akan tetapi, terkadang ada kalanya anak enggan untuk menyelesaikan makannya, sementara makanan di piring masih tersisa banyak.
Nah, ketika menghadapi ini, Moms kerap mengeluarkan cara-cara jitu supaya mereka mau membuka mulut mereka lagi.
Seperti, mengiming-imingi memberikan mainan atau memperbolehkan menonton televisi.
Atau, paling sering kalimat yang diucapkan adalah “Ayo makan satu sendok lagi”, “Ambil satu gigitan lagi” atau kalimat serupa lainnya.
Tapi tahukah Moms, frasa ini sebenarnya bisa lebih berbahaya bagi anak-anak daripada membantu.
Tanpa disadari, terus menerus mengucapkan kalimat tersebut saat anak tidak mau makan lagi dapat berdampak lebih besar dari yang disadari orangtua.
Menekan anak untuk dapat memakan makanan tertentu justru dapat menyebabkan efek sebaliknya.
Dilansir dari Moms, Dina Rose, Ph.D, mengatakan frasa seperti, “Makan satu gigitan lagi," atau "Makan sayuran jika ingin es krim" misalnya dapat mengganggu perasaan lapar dan kenyang internal anak.
Meskipun orangtua mungkin memiliki niat baik supaya anak mendapatkan semua asupan bergizi dari makanan tersebut.
Tetapi, permintaan ini dapat membingungkan anak-anak dan memaksa mereka untuk memilih antara isyarat alami tubuh mereka dan mematuhi orangtua mereka.
Seiring waktu, anak-anak mulai mengabaikan isyarat alami mereka tentang rasa lapar dan malah melihat ke arah orangtua.
Sekaligus meminta persetujuan menentukan ukuran porsi seberapa banyak makanan yang harus dikonsumsi. Efek jangka panjangnya ini akan menyebabkan gangguan makan.
Pada akhirnya, dapat menyebabkan hubungan yang tidak sehat dengan makanan atau bahkan gangguan makan yang parah.
Selanjutnya, para peneliti di University of Michigan baru-baru ini menerbitkan sebuah penelitian yang mengevaluasi bagaimana taktik tekanan berdampak pada kebiasaan makan balita.
Salah satu peneliti, Dr. Julie Lumeng, mencatat bahwa menekan anak-anak untuk makan bisa terlihat seperti mengendalikan dan mengganggu.
Sejumlah penelitian lain menunjukkan bahwa mengasuh anak dengan kontrol dan paksaan jarang bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan anak secara keseluruhan.
Pola asuh yang memaksa dapat menyebabkan hubungan yang tidak nyaman atau bahkan agresif antara Moms dan anak.
Dalam beberapa kasus, kebutuhan anak untuk memberontak terhadap orangtua dapat menyebabkan masalah makan jika orangtua memaksa untuk makan.
Lantas, bagaimana orangtua mendorong anak untuk makan? Menggunakan bahasa yang bernada paksaan dapat merusak kebiasaan makan anak-anak, tetapi itu bukan satu-satunya solusi yang dimiliki orangtua.
Faktanya, Moms dapat menggunakan metode lain yang mendorong anak untuk makan tanpa merusak isyarat alami tubuh mereka.
Pertama, dengan menjelaskan bagaimana perasaan tubuh ketika makan yang kurang dan terlalu banyak.
Mengajari anak-anak hal-hal ini sejak usia muda dapat membantu mereka belajar memantau kebiasaan makan mereka secara alami dan membantu mereka memahami ketika merasa kenyang.
Selain itu, pastikan untuk mengikuti jadwal makan dan camilan yang ditetapkan. Dilansir dari Healthline, ini akan membantu anak membangun kebiasaan makan yang sehat dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Baca Juga: 6 Faktor Penyebab Anak Susah Makan yang Harus Moms Ketahui, Jangan Sampai Tidak Tahu
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR