Nakita.id - Mengasuh anak memasuki usia remaja bukan hal yang gampang ya Moms.
Para orangtua harus bisa menyesuaikan diri dalam mengasuh anak memasuki usia remaja.
Mengasuh anak memasuki usia remaja membuat orangtua harus pandai dalam memberikan arahan tanpa terkesan menggurui.
Apalagi jika anak remaja mulai mengenal cinta.
Meski usianya yang dinilai masih sangat belia, banyak anak remaja yang sudah mulai pacaran.
Sebagai orangtua, mengetahui anak mulai berpacaran tentu perasaan begitu berkecamuk.
Pasalnya sebagian orangtua memikirkan pacaran bisa saja memberikan dampak buruk.
Maka tak jarang orangtua melarang keras untuk anak remaja mereka mengenal cinta.
Lantas bagaimana cara yang paling bijak menghadapi anak remaja yang mulai berpacaran?
Memasuki usia 11-20 anak memang mengalami masa pubertas.
Pada fase ini anak remaja mulai merasakan rasa suka atau ketertarikan dengan lawan jenis.
Evryanti C. Putri, M.Psi., Psikolog di TigaGenerasi@Brawijaya Clinic Kemang mengatakan dalam wawancara ekslusif bersama Nakita, Jumat (15/7/2022) masa pubertas ini merupakan salah satu perkembangan bagi anak remaja.
"Rasa ketertarikan dengan lawan jenis jadi salah satu tahap perkembangan remaja," ucap Evryanti.
Hal ini bisa terjadi karena hormon seksual dan reproduksinya sedang meningkat.
Jika anak Moms mulai menunjukkan rasa ketertarikan dengan lawan jenis hal tersebut sangatlah normal ya Moms.
Moms perlu mewajarkan apabila anak sering bercerita tentang teman lawan jenisnya ini.
Rasa suka dan ketertarikan ini hampir terjadi di setiap perkembangan anak remaja.
"Karena lagi peningkatan hormon dan reproduksi jadi itu adalah hal yang wajar," ujarnya.
Ketika mengetahui anak remaja mulai pacaran Moms dan Dads bisa memberikan arahan yang benar.
Evryanti menyarankan para orangtua untuk selalu memberikan pengawasan saat mengasuh anak memasuki usia remaja yang mulai pacaran.
"Tapi mangkannya kita sebagai orangtua juga perlu untuk mendampingi dan mengawasi ketika anak berpacaran karena rasa tanggung jawabnya baru tumbuh juga," tutur Evryanti.
Ajak anak berdiskusi dari hati ke hati untuk memberikan arahan konsep pacaran yang sehat itu seperti apa.
"Kita kasih tahu juga sambil diskusi sambil ngobrol-ngobrol bagaimana sih pacaran positif itu seperti apa, misalnya saling mendukung, memotivasi
Berikan arahan pacaran positif yang harus dilakukan itu seperti apa dan pacaran negatif yang tidak seharusnya dilakukan itu bagaimana.
"Kalau hal negatif itu seperti apa kita jelaskan ke anak, justru kita mendampingi bukan melarang," imbuhnya.
Penting untuk diingat bahwa sebaiknya Moms jangan melarang ketika anak remaja mulai pacaran, pasalnya ketika orangtua terlalu mengekang membuat anak merasa asing dan menjaga jarak dengan Moms atau Dads.
"Kalau kita melarang anak jadi takut, sehingga anak mundur perlahan dan tidak terbuka pada kita," tutur Evryanti.
Kemungkinan terburuk pun bisa saja terjadi jika orangtua terlalu overprotektif.
Bahayanya anak mungkin akan menjalani hubungan secara sembunyi-sembunyi.
"Kalau anak tidak terbuka bisa jadi anak jadi pacaran diam-diam atau backstreet istilahnya," terang Evryanti.
Jika ini terjadi orangtua tentu semakin sulit untuk memantau atau memberikan arahan kepada anak.
Padahal dengan arahan atau bimbingan dari orangtua membuat anak remaja lebih bertanggung jawab atas dirinya.
"Kalau sudah backstreet gitu bagaimana kita mau kasih pendampingan, mau ngasih arahan anaknya aja tidak cerita," sambungnya.
Para orangtua bisa memberikan pengertian jika pacaran yang baik itu yang bisa saling memotivasi untuk maju satu sama lain.
Maka jadilah orangtua yang mau mendengarkan dan dijadikan tempat ternyaman untuk bercerita ketika anak remaja sudah mulai berpacaran.
Berikan juga aturan dan batasan yang harus diterapkan agar anak tetap menghargai peran orangtua.
Bantu Kurangi Tanda Penuaan Dini, Collagena Hadir Penuhi Kebutuhan Kolagen Sebagai Kunci Awet Muda
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR