Nakita.id - Banyak orangtua yang penasaran dengan ciri-ciri anak cacingan.
Mengetahui ciri-ciri anak cacingan sedari dini bisa membuat orangtua melakukan penanganan secara cepat bila anak terindikasi cacingan.
Tim Nakita telah mewawancarai dr. Sunu Rachmat Waslan, Sp. A., M. Kes selaku Dokter Spesialis Anak yang berbasis di Karanganyar, Jawa Tengah mengenai ciri-ciri anak cacingan.
dr. Sunu menjelaskan mengenai penyakit cacingan yang banyak dialami anak usia sekolah.
Ada banyak cara penularan cacingan yang perlu orangtua perhatikan.
"Berdasarkan Kemenkes RI tahun 2006, hasil survey yang dilakukan subdit diare pada 2002 dan 2003 pada 40 desa di 10 provinsi menunjukkan prevalensi infeksi cacing sekitar 2,2 hingga 96,3 persen. Paling banyak terjadi pada anak usia sekolah, 5-14 tahun.
"Penyakit cacingan bisa ditularkan melalui banyak cara, diantaranya melalui makanan atau minuman yang tercemar telur cacing atau melalui tanah yang disebut soil transmitted helminthiasis," jelas dr. Sunu.
Ciri-ciri anak cacingan bervariasi, mulai dari yang ringan sampai berat.
Biasanya, gejala ringan cacingan kerap tidak disadari Moms dan Dads.
"Gejalanya (cacingan) bisa ringan sampai berat. Pada infeksi ringan gejalanya tidak tampak khas. Gejala umum yang harus dikenali adalah lesu, tidak bersemangat, sering mengantuk, pucat dan kurang gizi.
"Infeksi cacing berpengaruh terhadap asupan, pencernaan, penyerapan, serta pengolahan makanan. Sehingga berakibat hilangnya protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin dalam jumlah besar. Selain itu bisa juga menimbulkan anemia, diare, dan gangguan respons imun.
"Anak yang kena infeksi cacing berisiko lebih tinggi alami gangguan nutrisi, tumbuh kembang, dan penurunan prestasi belajar," ujar dr. Sunu.
dr. Sunu menuturkan bila ada beberapa jenis cacing yang bisa menginfeksi anak.
"Ada beberapa cacing yang bisa menimbulkan infeksi pada anak, diantaranya cacing gelang yang masuk ke dalam tubuh manusia berupa telur yang terdapat pada sayuran dan buah yang tidak dibersihkan dengan baik.
"Cacing ini bisa menimbulkan kerusakan pada lapisan usus halus dan bisa sebabkan diare. Sehingga mengganggu penyerapan karbohidrat dan protein," jelasnya.
"Kedua adalah cacing cambuk yang bisa masuk ke dalam dinding usus besar sehingga bisa menyebabkan infeksi berat seperti buang air besar dengan mengeluarkan lendir dan darah.
"Ketiga, cacing tambang yang bisa masuk menembus kulit kaki dan selanjutnya terbawa ke pembuluh darah ke dalam usus halus, paru-paru, jantung.
"Dan akan menimbulkan pelukaan usus yang lebih dalam. Sehingga pendarahan dapat lebih berat dibandingkan infeksi cacing jenis lain," imbuhnya.
Baca Juga: Obat Cacingan untuk Anak yang Aman Dikonsumsi Supaya Kondisi Segera Membaik
Jenis cacing keempat yang banyak menginfeksi anak adalah cacing kremi.
"Keempat adalah cacing kremi yang berwarna putih dan berukuran kecil yang bersarang di usus besar. Cacing kremi dewasa akan pindah ke anus untuk bertelur. Telur inilah yang menimbulkan rasa gatal pada anus.
"Bila digaruk, telur akan pecah dan larva akan masuk ke dalam dubur. Telur akan bersembunyi di jari, kuku dan menempel pada handuk, pakaian, dan seprai sehingga akan menulari orang lain," paparnya.
dr. Sunu menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan kasus anak cacingan di Indonesia cukup tinggi.
"Indonesia dengan iklim tropis yang memiliki angka cacingan yang tinggi sebesar 28 persen. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah kurangnya kebersihan, sanitasi, pasokan air, kepadatan penduduk serta tanah yang lembap," tuturnya.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi cacing.
"Infeksi cacing bisa dicegah dengan menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat dengan cara mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, menggunting kuku seminggu sekali, menggunakan alas kaki, mencuci buah dan sayur sebelum dikonsumsi, dan minum obat cacing bila ada anak atau keluarga yang cacingan.
"Selain menerapkan pola hidup bersih dan sehat, pencegahan infeksi cacing dapat dilakukan dengan pemberian obat cacing. Pemberian obat cacing bisa dimulai pada anak berusia 2 tahun.
"Hal ini disebabkan pada anak usia 2 tahun sudah kontak dengan tanah yang merupakan sumber penularan infeksi cacing. Pemberian obat cacing bisa diulang setiap 6 bulan sekali. Sedangkan untuk daerah non endemis, pemberian obat cacing harus sesuai indikasi dan sesuai pemeriksaan dokter dengan hasil pemeriksaan tinja positif ditemukan cacing atau telur cacing," pungkas dr. Sunu.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR