Mata rantai kemiskinan inilah yang coba diputus oleh pendiri Sekolah Alam Tunas Mulia, Juwarto, SE , dengan menyediakan sekolah gratis bagi anak anak pemulung sampah, di daerah yang tidak terjangkau infrastruktur pemerintah.
Visi Indonesia bebas polusi plastik inilah yang ingin dipromosikan oleh PT Bina Karya Prima melalui jajaran produk Tropical Go Green.
" Kami ingin menunjukkan kepedulian akan dampak sosial dan lingkungan yang mungkin tercipta dari produk kami," ungkap Aristo Kristandyo selaku VP Marketing PT Bina Karya Prima.
"Indonesia menghasilkan hampir 7 juta ton sampah plastik setiap tahun tetapi hanya sekitar 7 hingga 10% yang berhasil didaur ulang. Apa yang banyak orang tidak tahu adalah bahwa jenis plastik tertentu seperti botol PET didaur ulang dengan laju hampir 70 persen," lanjutnya.
Melalui gerakan Tropical Go Green ini, Aristo Kristandyo mencoba untuk berkontribusi dalam tiga usaha.
Pertama, menciptakan kemasan botol plastik yang siap di daur ulang.
Kedua adalah adalah mendukung sistem pemilahan dan pengelolaan limbah plastik yang baik dan yang ketiga adalah memberi dukungan kepada komunitas pengumpul limbah yang harus menanggung dampak buruk dari pengelolaan limbah yang kurang baik.
Dalam acara ini, tiga karya olahan daur ulang yang berbeda turut dilombakan dan dipresentasikan di hadapan para juri.
Para anak-anak yang terbagi menjadi tiga kelompok ini, menunjukkan kreatifitas mereka dari hasil daur ulang sampah yang mereka jadikan sebagai bahan-bahan yang berguna.
Mulai dari mengolah sampah plastik menjadi meja, hingga tempat untuk menyimpan make up, peralatan alat tulis hingga dijadikan beberapa pajangan cantik.
Dalam kesempatan tersebut, Nugie yang merupakan musisi yang hadir dalam acara tersebut, juga mengungkapan rasa bangga nya terhadap kreativitas para murid di sekolah Bantar Gabang dalam memanfaatkan sampah.
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Penulis | : | Geralda Talitha |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR