Nakita.id - Berbicara mengenai krisis iklim, apa yang terlintas di benak Moms dan Dads?
Krisis iklim nampak seperti sebuah hal yang abstrak, namun efeknya bisa sangat berdampak pada kehidupan umat manusia.
Dampak krisis iklim yang paling mudah kita jumpai adalah frekuensi bencana alam yang terus bertambah dan semakin parah.
Sebut saja kebakaran hutan, banjir, abrasi pantai, pemanasan global, infeksi penyakit, dan masih banyak lagi.
Yang tak banyak disadari orang adalah, krisis iklim tak hanya mempengaruhi kondisi saat ini, tetapi juga akan merenggut masa depan anak dan cucu kita nanti.
Krisis iklim dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan anak dalam berbagai bentuk.
Di bidang kesehatan, data Kementerian Kesehatan tentang Data & Informasi Dampak Perubahan Iklim di Sektor Kesehatan 2021 menjelaskan bahwa penyakit yang berkaitan dengan salah satunya perubahan iklim yaitu, diare, pneumonia, infeksi saluran pernafasan akut, serta beberapa masalah gizi seperti stunting dan underweight.
Banyak anak dan keluarga yang gagal beradaptasi dengan dampak krisis iklim secara lokal maupun global.
Sebab kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan dampak krisis iklim juga terbatas.
Salah satu alasannya karena kurangnya pengetahuan, serta minimnya informasi dan pendampingan dari berbagai pihak.
Untuk itu penting untuk memprioritaskan peningkatan kapasitas adaptasi anak dan keluarga serta memenuhi kebutuhan paling utama pada keluarga yang paling terdampak.
Dalam momentum Hari Anak Nasional (HAN) yag diperingati setiap tanggal 23 Juli, Save the Children Indonesia mendorong pentingnya pemenuhan hak-hak anak yang berfokus pada membangun ketahanan atau resiliensi anak dan keluarga.
Terutama mereka yang paling terdampak situasi buruk krisis iklim dan pandemi COVID-19.
Momentum ini dirasa sebagai waktu yang tidak hanya sekedar perayaan hak-hak anak saja, tetapi juga menjadi waktu yang tepat untuk refleksi dan evaluasi tentang capaian dan tantangan upaya pemenuhan hak anak di Indonesia.
Tema Hari Anak Nasional 2022, “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”, juga menggambarkan tentang pentingnya upaya pemulihan pasca pandemi dan membangun ketangguhan anak.
Sejalan dengan tema HAN 2022, Save the Children Indonesia melakukan langkah strategis dengan menyelenggarakan Pekan Berpihak Pada Anak.
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada 22–28 Juli 2022.
Rangkaian acara ini bertujuan menyuarakan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi yang telah dilakukan oleh Save the Children Indonesia bersama berbagai mitra, anak, dan orang muda, dalam membangun ketahanan anak, terutama yang paling terdampak krisis iklim.
“Krisis iklim juga merupakan krisis pada hak-hak anak. Anak-anak menanggung beban berat dari dampak krisis iklim.
Untuk itu penting agar upaya pemenuhan hak anak juga menyasar pada membangun ketahanan dimulai dari peningkatan kesadaran tentang aksi adaptasi krisis iklim, mendukung ekonomi keluarga, memastikan layanan dasar kesehatan pada anak terpenuhi, mendapat perlindungan sosial, serta hak pendidikan anak,” jelas Troy Pantouw / Chief of Advocacy, Campaign, Communication & Media Save the Children Indonesia.
Salah seorang Child Campaigner dari Save the Children Indonesia, Kahfi berharap pemerintah dapat membuka ruang dialog bersama anak agar upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dapat membuahkan keadilan iklim yang ramah anak.
"Anak perlu dilibatkan dalam ruang-ruang diskusi dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan agar terwujud kebijakan yang ramah anak dan berpihak pada anak,” pungkas Kahfi.
Pentingnya Penanganan yang Tepat, RSIA Bunda Jakarta Miliki Perawatan Khusus untuk Bayi Prematur
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR