Gigi susu, yang dimiliki balita, tergolong lebih ringkih karena email yang lebih tipis dan akar yang juga lebih kecil.
"Jadi kemungkinan giginya tambah goyang-goyang dan menipis emailnya berakibat rentan karies," jelasnya kepada Kompas.com, kemarin.
Jika behel tersebut tidak segera dilepas, efek buruknya akan dirasakan pada pertumbuhan gigi pengganti yang benihnya sudah ada di bawah gigi susu.
Ia juga berpendapat, balita tidak perlu menggunakan behel karena belum mampu menjaga kebersihan gigi dan mulutnya sendiri.
Padahal penggunaan alat bantu tersebut seringkali membuat ada sisa makanan yang nyelip di sela-selanya sehingga memicu radang gusi dan karies.
Apalagi ada indikasi jika behel tersebut dipasang oleh tukang gigi, bukan dokter gigi yang berkompeten.
"Pasang behel di tukang gigi itu kan enggak pake ilmu ya, padahal behel itu ada kode-kodenya untuk gigi atas dan bawah beda, kanan kiri beda, kalau dipasangnya kebalik-balik bisa bikin gigi gerak ke arah yang enggak diinginkan."
Baca Juga: Tak Puas Potong Gigi, Elly Sugigi Akui Sekarang Bisa 'Mingkem' karena Nekat Pasang Behel
"Terlalu kencang narik juga bisa bikin gigi mati," tambah jebolan Universitas Gadjah Mada ini.
Dokter Ayuningrum mengatakan anak dinilai siap menggunakan behel apabila sudah bisa menjaga kebersihan gigi dan mulutnya lebih baik.
Dari segi anatomi gigi, boleh dipasangi kawat gigi asal sudah menutup akar giginya.
"Rata-rata anak belum pada nutup kalo masa tumbuh gigi," ujarnya yang kini berpraktik di Metro, Lampung.
BERITA POPULER: Bansos BPNT September - Oktober 2024 Cair hingga Manfaat Teh untuk Ibu Menyusui
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR