Untuk mengetahui perbedaannya dengan diare yang normal, bisa diperhatikan dari baunya yang busuk.
Selain itu, perut si bayi juga akan kembung sekali alias membuncit.
Ditambah lagi dengan ada riwayat BAB yang tak pernah normal.
Sedangkan pada diare yang normal, biasanya sebelumnya tak ada riwayat BAB yang bermasalah. Jadi, tiba-tiba terkena infeksi lalu mencret.
Untuk memastikan adanya kelainan ini dilakukan pemeriksaan dengan barium enema lewat anus.
Bagian usus yang tak ada persarafannya ini harus dibuang lewat operasi. Operasi biasanya dilakukan dua kali.
Pertama, dibuang usus yang tak ada persarafannya. Kedua, kalau usus bisa ditarik ke bawah, langsung disambung ke anus.
Kalau ternyata ususnya belum bisa ditarik, maka dilakukan kolostomi, yaitu dibuat lubang ke dinding perut.
Jadi bayi akan BAB lewat lubang tersebut. Nanti kalau ususnya sudah cukup panjang, bisa dioperasi lagi untuk diturunkan dan disambung langsung ke anus.
Biasanya menunggu sampai ususnya lebih panjang ini bisa makan waktu sampai 3 bulan, tergantung kondisi si anak. Selama itu, anak tetap harus dikontrol terus, dua minggu sekali atau sebulan sekali.
Setelah dioperasi dengan dibuang kelainannya, BAB anak biasanya akan normal kembali. Kecuali jika kelainannya parah sampai usus besarnya harus dibuang semuanya, maka akan tetap bermasalah. Untunglah, kasusnya jarang sekali terjadi. (Sumber: Tabloid Nakita)
Baca Juga: Cara Mengobati Bayi Muntah Menyembur dan Penanganan Agar Tidak Tersedak
Melebarkan Sayap Hingga Mancanegara, Natasha Rizky Gelar Exhibition Perdana di Jepang
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR