Mata malas disebabkan gangguan sistem optik.
Nah, faktor yang jadi penyebab gangguan sistem optik, salah satunya juling.
Lainnya adalah kekeruhan pada kornea akibat penyakit infeksi tertentu atau katarak kongenital (katarak sejak bayi lahir), dan kelainan refraktif.
Untuk yang disebut terakhir, yang sangat berpotensial menjadi mata malas adalah kelainan refraktif yang hipermetropia (rabun dekat), astigmatisme (melihatnya buram dan fokusnya terpecah dua), atau gabungan miopia (rabun jauh)-astigmatisme dan hipermetropia-astigmatisme.
Berat-ringannya mata malas diukur/ditentukan oleh kemampuan melihat atau tajam penglihatan maksimal dari mata tersebut.
Bila penglihatannya makin buruk, berarti mata malasnya tergolong berat. Selain juga dipengaruhi berat-ringan penyebabnya. Makin berat gangguan penglihatannya, makin berat pula mata malasnya.
Mata malas bisa diatasi/diobati bila dijumpai pada usia balita. Tapi bila di usia 10 tahun, misal, baru ketahuan, maka tak ada gunanya karena sistem penglihatannya sudah tak ada perkembangan lagi.
Jadi, kalau mata malas diketahui di usia dini dan diatasi penyebabnya, maka kemampuan melihat yang tadinya hanya 75 persen, misal, masih bisa mencapai 100 persen, dan mata malasnya pun hilang.
Bila kondisi mata malas tak diobati bukan berarti nantinya buta, tapi akan tetap punya mata malas sampai kapanpun.
Karena itulah, penanganan mata malas harus dilakukan sedini mungkin, dengan pengobatan atau treatment yang tepat.
Ada dua hal penting dalam pengobatan mata malas, yaitu menghilangkan dulu faktor penyebabnya dan memaksa mata yang malas untuk bekerja secara maksimal serta optimal. (Sumber: Tabloid Nakita)
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR