Selain itu, kondisi fisik makanan itu sendiri juga ikut mempengaruhi keseimbangan asupan kalori dari golongan karbohidrat.
Contohnya, roti dengan permukaan lebar dan bertekstur lunak ternyata lebih mudah dicerna dibanding jenis pasta yang sama-sama termasuk dalam golongan karbohidrat.
Itu sebab, tubuh membutuhkan energi lebih banyak untuk mencerna 200 Kalori pasta ketimbang 200 Kalori roti.
Dengan kata lain, mengkonsumsi pasta lebih menguntungkan bila si ibu memang dianjurkan membatasi pertambahan BB sesuai usia kehamilan.
Artinya, agar kebutuhan kalori dari golongan karbohidrat ini tercukupi tanpa harus menambah timbunan lemak, si ibu bisa memilih jenis pangan berdasarkan alasan tadi. Yang juga perlu diperhatikan adalah waktu makan.
Agar tak memperbesar selisih kalori antara input dan output , ibu hamil pun disarankan menyusun jadwal makan sedemikian rupa agar saat waktu makan tiba, ia tidak dalam kondisi lapar berat.
Sebab, semakin kita merasa lapar, makanan yang tersaji pun akan kian terlihat mengundang selera. Nah, yang sering terjadi, kita pun lupa menghitung angka kecukupan kalori.
Di samping itu, dalam keadaan lapar sebetulnya kita hanya sedikit membuang energi untuk menyantapnya. Karena itulah ahli sering menyarankan, makanlah tanpa harus menunggu rasa lapar datang.
Ibu hamil yang kelebihan kalori akibat kebanyakan mengkonsumsi karbohidrat juga disarankan menjauhi camilan berkalori tinggi semisal kue tart, kacang-kacangan, es krim, susu kental manis dan sejenisnya.
Jauhi juga makanan "kosong" seperti cokelat, permen, aneka keripik, soft drink, sirup, dan makanan lain yang banyak mengandung gula.
Juga disarankan untuk mengolah makanan dengan cara sehat seperti dibakar, dibuat tim, atau dikukus, ketimbang digoreng. (Sumber: Tabloid Nakita)
Melebarkan Sayap Hingga Mancanegara, Natasha Rizky Gelar Exhibition Perdana di Jepang
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR