Nakita.id - Saat anak mulai tumbuh besar beralih dari bayi, dia akan bereksplorasi mencoba berbagai rasa makanan.
Salah satu rasa yang baru dikenalnya adalah rasa pedas.
Sejak umur berapa anak bisa mengenal dan makan pedas dan seberapa wajar yang boleh diberikan?
Memang jika salah orangtua suka pedas maka wajar jika anaknya doyan makan makanan pedas.
Bukankah anak balita lagi giat-giatnya meniru?
Boleh jadi si kecil mulai mencoba-coba makanan pedas karena melihat orangtuanya menyantap makanan tersebut.
Biasanya anak mulai ikut-ikutan suka makanan pedas di usia 2-3 tahun.
Awalnya tentu sekadar mencicipi.
Karena dirasa enak, akhirnya ia pun jadi ketagihan.
Celakanya, si kecil kemudian jadi ketergantungan pada sambal.
Kalau enggak ada sambal atau makanannya tak terasa pedas, ia pun ogah makan.
Baca Juga: Menjawab Pertanyaan Apakah Ibu Hamil Boleh Makan Pedas? Berikut Penjelasan Lengkapnya
Padahal, makanan pedas memiliki sifat iritasi terhadap saluran cerna.
Coba saja gosok-gosokkan cabai ke kulit. Nah, kulit terasa panas, bukan?
Itu pula yang terjadi pada saluran cerna. Sifat-sifat iritasi yang dihasilkan oleh makanan pedas ini, sering menyebabkan iritasi pada selaput lendir saluran cerna (mukosa).
Jika iritasi akibat suasana panas di saluran cerna sering terjadi, lama-lama selaput itu akan menipis.
Jika sering mengonsumsi makanan pedas dan dilakukan dalam periode lama, yang bersangkutan umumnya akan menderita penyakit gastritis (yang kita kenal dengan sakit maag).
Memang, jarang terjadi makanan pedas bisa mengakibatkan infeksi usus, sebab pada saat gastritis menyerang, umumnya segera dilakukan pengobatan. Infeksi usus bisa saja terjadi bila sakit lambung ini berlangsung lama.
Rangsangan iritasi yang terjadi bila makan makanan pedas, antara lain muncul dalam bentuk mulas dan sakit perut.
Bahkan, mungkin diare yang berarti telah terjadi iritasi pada seluruh saluran cerna.
Untuk mengatasinya, minumkan anak larutan air gula, juga obat pencegah infeksi atau obat-obatan untuk mengatasi mag.
Parah tidaknya dampak rangsangan iritasi tersebut tergantung pada konsentrasi, jumlah, dan kebiasaan makan pedasnya. Yang jelas, pada setiap anak berbeda kasusnya.
Ada yang konsentrasi pedasnya sedikit saja, anak sudah sakit perut dan mencret. Ada yang makan pedasnya banyak, tapi tak apa-apa. Jadi, dampak yang ditimbulkan pun berbeda-beda. (Sumber: Tabloid Nakita)
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR