Setelah dibuahi, ovum akan melalui proses nidasi. Biasanya, nidasi terjadi di dinding depan atau belakang rahim. Waktu antara pembuahan hingga nidasi sekitar 6-7 hari. Awalnya, hasil pembuahan menetap di saluran telur selama 2-3 hari, kemudian berjalan menuju rahim. Pada saat ini terjadi pembelahan sel hasil pembuahan secara bertahap.
Setelah 6-7 hari dan sampai di rongga rahim, terjadilah nidasi (implantasi), yaitu “bersarangnya” sel yang telah dibuahi di rahim.
Tentu saja, setelah “bersarang” di rahim, diperlukan suplai darah dan zat-zat makanan dari plasenta (uri) atau tali pusar. Dari suplai inilah, embrio/mudigah akan tumbuh dan berkembang menjadi janin.
Selain kelima syarat tadi, masih ada satu syarat lagi, yakni suami-istri harus memiliki struktur anatomi yang normal dan sistem hormonal yang dapat bekerja/berfungsi dengan baik.
Untuk istri, alat genitalnya - dari vagina, leher rahim, rahim (uterus), tuba (saluran telur) hingga ovarium (indung telur) -- harus dalam kondisi baik. Sedikit saja ada kelainan maka akan mempersulitnya untuk hamil.
Kasus yang paling sering terjadi pada wanita adalah kelainan di saluran telur/tuba, semisal tersumbat atau malah tertutup seluruhnya. Bila demikian, tentulah sperma maupun sel telur jadi terhalang masuk ke saluran tuba. Akibatnya terjadi infertilitas. Biang kerok lainnya adalah endometriosis atau juga dikenal dengan nama kista.
Pada suami, secara garis besar ada 3 jenis gangguan yang menghambat terjadinya kehamilan. Yakni, produksi sperma, kuantitas/jumlah sperma, dan transportasi sperma. Salah satu gangguan produksi sperma adalah varikokel, yaitu pembesaran vena di testis yang membuat aliran darah jadi tersumbat.
Dalam hal jumlah sperma, meski yang dibutuhkan untuk membuahi sel telur hanya satu sperma, tapi tetap diperlukan sperma yang banyak, sekitar 200 juta. Hal ini berkaitan dengan masalah probability/kesempatan membuahi sel telur.
Semakin banyak sperma, semakin banyak kesempatan untuk terjadinya kehamilan. Sedangkan salah satu masalah terhambatnya transportasi sperma berkaitan dengan disfungsi seksual suami, semisal impotensi.
Nah, bila secara anatomi dan sistem hormonal suami-istri tak ada masalah, maka syarat terakhir yang harus dipenuhi adalah berintim-intim di masa subur. Yakni, saat indung telur melakukan ovulasi atau mengeluarkan sel telur dan hingga di saluran telur.
Jadi, sekalipun semua syarat dipenuhi, tapi jika hubungan intim dilakukannya bukan pada masa subur, maka tidak akan terjadi kehamilan. (Sumber: Tabloid Nakita)
Baca Juga: 10 Tanda Hamil yang Sering Muncul, Perubahan Mood yang Cepat sampai Sering Buang Air Kecil
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR