Nakita.id - Setelah Raja Charles III memimpin Kerajaan Inggris Raya, banyak perubahan terjadi.
Salah satunya tentang kebijakan yang ia ambil untuk keberlangsungan jabatannya.
Tapi, ada satu kebijakannya yang membuat ia jadi musuh bersama rakyat Inggris dan sekitarnya.
Waduh, ya apa itu Moms?
Ya, selepas Ratu Elizabeth II meninggal dunia, anak tertuanya yang menjadi pewaris tahta.
Siapa lagi kalau bukan Pangeran Charles.
Apalagi, sebelum sang ratu mangkat, Pangeran Charles dinobatkan sebagai Prince of Wales, yang menjadikannya satu-satunya pewaris tahta kerajaan.
Pangeran Charles akhirnya di usianya yang senja menjadi raja, namanya berubah menjadi Raja Charles III.
Sementara, Camilla Parker Bowles, menjadi Queen Consort, atau pendamping raja.
Semua keputusan mengenai kerajaan selanjutnya akan diatur oleh Raja Charles III.
Meski begitu, sekarang ini sedang berlangsung proses pemakaman Ratu Elizabeth II.
Dari kabar, Ratu saat ini berada di Westminster Hall, untuk selanjutnya akan dibawa ke Kastil Windsor untuk pemakaman.
Pangeran Philip, suami Ratu Elizabeth II juga akan dipindahkan ke sana.
Meski sekarang adalah proses pemakaman Ratu Elizabeth II, tidak boleh ada yang melarang kalau Raja Charles III mendadak memberikan kebijakan.
Tapi, kebijakan yang satu ini sungguh membuat publik tercengang.
Mengutip The Guardian, akan ada 100 staf Kerajaan Inggris di-PHK atau dipecat oleh Raja Charles III.
Kok bisa?
Sekitar 100 orang yang bekerja untuk Raja Charles III ketika masih menjadi pangeran, terancam kehilangan pekerjaan.
Mereka adalah para pekerja di Clarence House, bekas kediaman resmi Raja Charles di London ketika dia menjadi Prince of Wales.
Para staf ini diberitahu bahwa mereka dapat diberhentikan pada Senin, 19 September 2022 mendatang.
Pemberitahuan itu dibagikan saat kebaktian untuk Ratu Elizabeth diadakan di Katedral St Giles di Edinburgh, Skotlandia.
Mereka yang berisiko kehilangan pekerjaan termasuk sekretaris pribadi dan orang-orang yang bekerja di bidang keuangan dan komunikasi.
Serikat Layanan Publik dan Komersial (PCS) menyatakan bahwa beberapa karyawan telah bekerja untuk Raja Charles selama beberapa dekade.
"(Keputusan) untuk mengumumkan pemecatan di Rumah Tangga Kerajaan selama masa berkabung nasional tidak berperasaan," kata Serikat Layanan Publik dan Komersial.
Karyawan yang bekerja untuk keluarga Kerajaan Inggris di Istana Buckingham, Kastil Windsor, dan istana lainnya dikecualikan dari sejumlah undang-undang ketenagakerjaan.
"Kami akan memastikan bahwa semua tindakan diambil untuk melindungi staf mana pun, yang memilih untuk bergabung dengan PCS," ujar serikat pekerja tersebut.
Sebagai raja yang memerintah, Raja Charles akan memindahkan kediaman resminya ke Istana Buckingham.
"Pengumuman pengurangan karyawan itu sangat tidak berperasaan," kata Sekretaris Jenderal PCS Mark Serwotka dalam sebuah pernyataan.
Ia menambahkan bahwa tingkat kepegawaian yang dibutuhkan oleh Pangeran William, Prince of Wales yang baru hingga kini belum jelas.
Pangeran William akan memindahkan kantornya ke Clarence House.
"Banyak dari staf ini akan menjadi orang yang sama yang telah dengan rajin mendukung raja baru selama masa berkabung, bekerja sangat keras selama beberapa hari terakhir hanya untuk diberikan pemberitahuan redundansi sebagai ucapan terima kasih," tambah PCS.
Serikat pekerja mengatakan akan mengunjungi Clarence House sesegera mungkin untuk memberi informasi kepada para staf tentang hak-hak hukum dan dukungan untuk mereka.
Sementara, Clarence House belum bersedia berkomentar.
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR