Nakita.id - Kondisi kulit gatal sebenarnya wajar terjadi pada siapa saja, tapi bagaimana kalau sudah keluar nanah dan berair? Hal ini tentunya bisa jadi masalah besar.
Mengutip Livestrong, ada beberapa kondisi yang menyebabkan kulit gatal dan berair.
Sebenarnya untuk mengetahui secara pasti penyakit atau kondisi yang Moms miliki, cara terbaiknya adalah dengan langsung periksa ke dokter.
Namun Moms bisa simak penjelasan di bawah ini terlebih dahulu sebelum ke dokter kulit.
Karena bisa saja terkena salah satu penyakit kulit di bawah ini.
Nakita sudah merangkum apa saja penyakit kulit yang memiliki ciri gatal, berair, dan bernanah.
Moms bisa sedikit mengetahui soal beberapa penyakit kulit yang memiliki ciri tersebut di bawah ini.
Jika Moms mengalami gatal pada kulit, dan keluar air serta bernanah, coba jangan digaruk.
Moms harus lihat beberapa penyakit kulit yang memiliki ciri-ciri bernanah dan berair, serta gatal di bawah ini.
Jangan-jangan salah satunya sedang Moms alami saat ini dan Moms harus segera ke dokter kulit untuk melakukan pengobatan intensif.
Simak selengkapnya di sini.
Baca Juga: Jenis Penyakit Kulit Langka yang Jarang Diketahui, Harus Diwaspadai!
Dermatitis kontak iritan adalah jenis dermatitis kontak yang paling umum terjadi.
Kondisi ini terjadi saat kulit terpapar oleh bahan beracun atau zat kimia yang bersifat iritatif, misalnya pemutih, deterjen, minyak tanah, atau sabun.
Dermatitis kontak iritan juga bisa menyebabkan gatal berair bila kulit terlalu sering basah atau terkena air.
Impetigo adalah infeksi bakteri yang umum terjadi pada lapisan kulit terluar (epidermis).
Bakteri penyebab impetigo adalah jenis Streptococcus dan Staphylococcus yang sering kali masuk ke pori-pori kulit.
Kondisi ini rentan terjadi pada bayi dan anak-anak.
Namun, orang dewasa juga bisa terkena impetigo bila kondisi kulitnya sensitif.
Lepuhan kulit akibat impetigo bisa muncul di wajah, lengan, atau kaki.
Gejala impetigo meliputi munculnya titik merah, yang melepuh, dan terasa gatal.
Bila terkena gesekan akibat garukan, lepuhan ini akan pecah dan mengeluarkan air.
Cairan tersebut bila mengenai kulit lainnya akan menular.
Baca Juga: Kenali Gejala Penyakit Autoimun Kulit, Penyebab dan Cara Mengobatinya
Oleh karena itu, kondisi ini bisa menular melalui pakaian, handuk, seprai, dan benda pribadi lainnya.
Menggaruk lepuhan juga bisa menyebarkan impetigo ke bagian tubuh lainnya.
Untuk menghentikan penyebaran infeksi, biasanya dokter akan memberikan salep antibiotik atau obat antibiotik yang diminum, dan akan sembuh dalam waktu dua minggu.
Kondisi ini merupakan reaksi kulit yang terkena suatu zat alergen. Misalnya nikel, bahan pewangi, karet, dan zat alergen lainnya.
Biasanya kulit akan terasa gatal setelah beberapa saat setelah kulit terkena zat tersebut.
Kemudian, akan terbentuk lentingan yang bila terus digaruk akan pecah dan mengeluarkan air.
Virus ini umumnya menginfeksi permukaan kulit yang lembap.
Awalnya muncul rasa gatal, disertai kesemutan atau terbakar di areal lokal kulit yang munculnya penyakit.
Setelah digaruk, akan muncul lentingan yang berisi cairan.
Bila pecah, cairan tersebut akan terus menular ke bagian kulit lainnya yang terkena.
Meskipun penyakit ini bertahan seumur hidup, obat antiviral akan menurunkan jumlah lentingan dan keparahan gejala.
Baca Juga: Jangan Disepelekan! Ketahui Penyebab Mata Ikan di Kaki dan Cara Menghilangkan Penyakit Kulit Ini
Virus ini bisa berkembang dan menjadi herpes genital.
Eksim atau dermatitis atopik merupakan salah satu kondisi yang juga dapat membuat kulit menjadi kemerahan dan gatal berair.
Eksim umum terjadi pada anak-anak, namun juga bisa terjadi pada orang dewasa.
Eksim terkadang juga menyebabkan kulit jari-jari tangan terasa gatal dan berair. Kondisi ini disebut juga pompholyx.
Tak hanya infeksi atau penyakit tertentu, kulit gatal berair juga dapat muncul ketika kulit terkena gigitan serangga, seperti lebah, kutu kasur, nyamuk, dan tungau.
Selain itu, terkena bulu dari ulat bulu juga dapat memicu terjadinya kulit gatal dan berair.
Epidermolisis bulosa adalah kelainan pada kulit akibat faktor genetik atau keturunan yang menyebabkan kulit menjadi rapuh, melepuh, dan terasa gatal.
Pada penderita epidermolisis bulosa, munculnya lepuhan dan gatal berair di kulit bisa terjadi akibat cedera ringan, suhu panas, atau goresan pada kulit.
Pemfigoid bulosa adalah penyakit kulit langka yang menyebabkan lepuhan gatal berair di perut bagian bawah, paha atas, atau ketiak.
Penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh ini paling sering terjadi pada lansia.
Selain karena penyakit-penyakit di atas, gatal berair pada kulit juga bisa disebabkan oleh penyakit lain, seperti cacar air atau varicella.
Baca Juga: Sering Muncul di Kaki, Ketahui Penyebab Kutu Air dan Cara Mengobatinya
Kulit yang mengalami benjolan atau lepuhan dan disertai gatal berair sebaiknya tidak dibiarkan berlarut-larut, apalagi jika rasa gatal yang dirasakan semakin parah dan lepuhan yang muncul semakin meluas.
Bila Moms mengalami keluhan gatal berair yang berat dan sulit sembuh, sebaiknya segera periksakan diri Moms ke dokter kulit agar dokter dapat menentukan penyebab munculnya keluhan tersebut dan mengobatinya dengan tepat.
Penyebabnya dan cara mengobatinya sudah ada di atas sebenarnya, tapi kalau Moms ingin mengobatinya dan tidak akan tertular lagi maka jaga kebersihan lingkungan.
Karena tidak bisa dipungkiri salah satu penyebab penyakit kulit adalah kebersihan lingkungan.
Mulai dari dalam rumah hingg luar rumah harus bersih.
Sampah-sampah harus dimasukan ke tempat sampah, dan jangan sampai ada tumbuhan liar di sekitar rumah.
Selain itu sofa, kasur, dan barang-barang yang memiliki kandungan busa bisa dibersihkan secara berkala dengan vacum cleaner.
Untuk kursi, meja, dan bebeberapa perabotan rumah juga harus dibersihkan dari debu.
Moms bisa menggunakan lap kering atau basah untuk membersihkannya.
Tapi kalau penyakit kulit sudah menyebar kemana-mana, segera ke dokter kulit agar mendapat penanganan yang benar.
Biasanya dokter akan membuatkan resep obat, berupa salep atau obat yang bisa diminum untuk mengobatinya dari dalam.
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR