Nakita.id - Apakah pipi bayi terlihat merah dan kasar, bahkan muncul bintik-bintik?
Hati-hati Moms, bisa jadi Si Kecil mengalami penyakit kulit tertentu.
Banyak yang percaya bahwa, pipi bayi yang memerah disebabkan oleh tetesan ASI.
Namun faktanya, tetesan ASI tidak menimbulkan bekas atau efek apapun pada kulit.
Justru kondisi pipi merah pada bayi bisa jadi pertanda anak mengalami penyakit kulit.
Merangkum dari Healthline, berikut adalah penyakit kulit pada bayi yang ditandai dengan pipi merah dan kasar.
Ternyata bukan cuma orang dewasa saja yang bisa mengalami jerawat di pipi.
Bayi juga bisa mengalami jerawat umumnya pada 2-4 minggu setelah kelahiran.
Gejala jerawat pada bayi mirip dengan jerawat pada orang dewasa.
Pertama-tama ditandai dengan munculnya benjolan kecil berwarna merah atau putih di pipi.
Pada kulit yang berjerawat biasanya area sekitarnya memerah dan kasar.
Penyebab jerawat bayi belum diketahui, namun bisa hilang dalam beberapa hari tanpa meninggalkan bekas.
Eksim merupakan salah satu penyakit kulit yang bisa dialami bayi.
Gejalanya ruam yang terlihat kemerahan pada kulit yang terkena eksim misalnay di pipi, siku, lutut, dan lipatan kulit lainnya.
Lama kelaman kulit akan terasa kering, gatal, dan cukup mengganggu sampai membuat Si Kecil mudah rewel.
Eksim bisa kambuh karena perubahan udara yang kering, debu, serta terinfeksi tungau di tempat tidur.
Biang keringat merupakan masalah kulit yang paling umum dialami bayi.
Perubahan cuaca yang ekstrem dan suhu udara yang cenderung panas serta lembap bisa jadi pemicunya.
Biang keringat bisa menyebabkan kelenjar keringat tertutup sehingga membuat area kulit jadi kemerahan dan kasar.
Biang keringat biasanya muncil di pipi, dahi, lengan, atau punggung.
Selulitis juga bisa menimbulkan gejala yang membuat pipi bayi merah dan kasar.
Penyakit kulit ini disebabkan oleh bakteri Streptococcus.
Baca Juga: Waspada Penyakit Kulit Tangan, Kaki dan Mulut atau HFMD pada Bayi
Saat terinfeksi penyakit kulit ini bayi bisa mengalami demam.
Kemudian gejalanya bisa membuat kulit memerah, terasa panas, bahkan membengkak.
Bakteri akan menyebar ke seluruh bagian tubuh jika tidak segera diobati.
Fifth disease atau penyakit kelima disebabkan oleh virus Parvovirus B19.
Virus ini cenderung menyebar lewat udara melalui air liur dan dahak saat anak bersin atau batuk
Fifth disease disebut penyakit kelima karena merupakan penyakit urutan kelima dalam daftar klasifikasi historis penyakit radang kulit umum pada anak-anak.
Empat penyakit lainnya adalah campak, rubela, cacar air, dan roseola.
Fifth disease lebih sering terjadi pada anak-anak antara usia 5 sampai 14 tahun.
Gejala awalnya demam kemudian diikuti dengan munculnya bintik merah di pipi.
Kondisi ini bisa berlangsung dalam waktu 4 sampai 14 hari setelah tubuh terinfeksi dengan parvovirus B19.
Mengutip dari baby centre, berikut cara mengatasi penyakit kulit pipi merah dan kasar pada bayi.
Baca Juga: 6 Penyakit Kulit yang Banyak Terjadi saat Terkena Banjir, dan Cara Pencegahannya
Untuk mengatasi jerawat bayi, cobalah membersihkan wajah bayi dengan lembut secara rutin.
Sementara hindari dulu losion yang mengandung minyak, serta produk bayi lainnya.
Cara mengatasi eksim, Moms bsia mengoleskan krim pelembap dan sabun tanpa pewangi yang direkomendasikan dokter.
Mandi dengan air hangat bersuhu sekitar 36-37 derajat Celsius, selama 10-15 menit.
Supaya biang keringat hilang, jaga suhu ruangan tetap sejuk dan pakaikan baju yang tipis.
Bersihkan lipatan kulit bayi secara teratur untuk memastikan tidak ada keringat dan minyak yang memicu ruam.
Saat mengalami kondisi ini sebaiknya anak segera dibawa ke dokter.
Dokter akan memberikan antibiotik yang bisa menyembuhkan penyakit kulit ini dalam 7-10 hari kemudian.
Moms dapat membawa bayi ke dokter saat Si Kecil mengalami penyakit kulit ini.
Karena penyakit ini disebabkan oleh virus, pengobatan akan difokuskan untuk menghilangkan gejalanya sampai virus menghilang.
Dokter akan memberikan obat untuk mengatasi demam dan ruam kulitnya.
Baca Juga: Ketahui Penyebab Penyakit Dompo dan Cara Mengobatinya Agar Sembuh
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR