Nakita.id – Peserta didik SMA kelas X untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum Merdeka dibahas mengenai pertanyaan retoris.
Peserta didik diharapkan memahami mengenai pertanyaan retoris di Kurikulum Merdeka.
Di Kurikulum Merdeka, dijelaskan mengenai beberapa contoh pertanyaan retoris.
Pertanyaan retoris termasuk dalam kaidah Bahasa dalam menyampaikan kritik.
Pertanyaan retoris merupakan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya.
Jadi, pertanyaan retoris itu sebenarnya bukan berarti penanya tidak mengetahui jawabannya.
Penanya pertanyaan retoris sebenarnya sudah tahu jawabannya.
Penggunaan pertanyaan retoris adalah untuk memberikan nasihat, dukungan, atau pesan terhadap orang lain secara halus.
Berikut contoh dari pertanyaan retoris:
- Siapa yang tidak ingin Bahagia?
- Menurutmu, kamu tidak pernah berdosa?
- Apakah setiap orangberhak berbuat baik?
Di halaman 38 buku Bahasa Indonesia SMA kelas X Kurikulum Merdeka, peserta didik diminta membaca beberapa daftar pertanyaan.
Peserta didik diharapkan mengetahui pertanyaan mana saja yang termasuk pertanyaan retoris.
Berikut kunci jawaban daftar pertanyaan yang termasuk retoris:
- Apakah benda itu bisa terbang? Jawaban: bukan pertanyaan retoris.
- Kamu mau tersesat? Jawaban: pertanyaan retoris.
- Siapa sih yang ingin jadi guru matematika? Jawaban: bukan pertanyaan retoris.
- Memangnya kita bisa hidup tanpa makan dan minum selamanya? Jawaban: pertanyaan retoris.
- Mengapa kita harus berbuat baik? Jawaban: bukan pertanyaan retoris.
- Apakah anak itu menyayangi ibunya? Jawaban: bukan pertanyaan retoris.
- Apakah cukup membeli pakai daun? Jawaban: pertanyaan retoris.
- Siapa sih yang mau miskin selamanya? Jawaban: pertanyaan retoris.
Selain membahas mengenai pertanyaan retoris, peserta didik juga diminta untuk mengindentifikasi fakta dan opini dalam teks anekdot.
Teks anekdot diketahui sebagai teks berisi fenomena sosial yang benar-benar terjadi di masyarakat.
Namun, anekdot tidak dapat lepas dari keakuratan sumber informasi atau fenomena yang diangkat.
Berikut penjelasan mengenai perbedaan fakta dan opini dalam teks anekdot:
Fakta:
- Informasi yang ditandai dengan adanya hasil sebuah data penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.
- Informasi bersifat umum dan diakui oleh banyak orang.
Opini:
- Informasi mengandung pendapat pribadi baik penulis maupun orang lain.
- Informasi atau kalimat menggunakan kata-kata ‘relatif’ seperti, paling, lebih, agak, sangat, tidak mungkin, atau biasanya.
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR