Nakita.id - Air ketuban adalah cairan yang mengelilingi janin di dalam kandungan.
Di dalam kandungan, janin berada di kantung ketuban yang berisi air tempat janin mengapung, bernapas, dan bergerak.
Cairan ketuban memberikan nutrisi untuk janin dan bersifat steril.
Terkadang bayi juga buang air kecil yang kemudian bercampur dengan air ketuban namun hal ini adalah aman selama air ketuban tetap berwarna bening kekuningan, jernih, dan tidak berbau.
Namun ada beberapa kondisi kehamilan yang pada akhirnya menyebabkan air ketuban berubah warna.
Kondisi yang paling sering terjadi adalah air ketuban berubah warna menjadi hijau.
Dokter obgyn RSU Bunda Menteng Jakarta, dr. Ruswantriani, Sp.OG menjelaskan air ketuban harusnya berwarna jernih, ketika warnanya berubah menjadi hijau maka ada sesuatu yang terjadi pada janin.
"Seringkali ini disebabkan karena bayi pup (buang air besar) di dalam perut akibat stres," jelas dr. Ruswantriani, Sp.OG dalam wawancara eksklusif dengan Nakita.id pada 7 Oktober 2022.
Lebih lanjut dokter yang akrab disapa dr. Tria ini menyebutkan penyebab air ketuban hijau kental bisa jadi karena janin stres akibat kekurangan oksigen atau kekurangan makanan.
"Ketika air ketuban yang telah terkontaminasi feses ini dikonsumsi kembali oleh janin maka akan terjadi infeksi, inilah kondisi yang seara awam dikenal sebagai keracunan air ketuban," jelas dr. Tria.
Infeksi yang mungkin timbul dari air ketuban bercampur feses yang masuk ke paru-paru bayi antara lain bayi akan mengalami sesak nafas dan butuh alat bantu nafas selama beberapa hari setelah lahir.
Baca Juga: 5 Tanda Air Ketuban Pecah Jelang Persalinan yang Selama Ini Tak Disadari Banyak Ibu Hamil
Dalam istilah medis, kondisi ini disebut sebagai sindrom aspirasi mekonium atau Meconium Aspiration Syndrome (MAS).
Dikutip dari laman resmi Kementrian Kesehatan RI, sindrom ini terjadi ketika bayi baru lahir mengalami kesulitan bernapas karena mekonium masuk ke paru-paru.
Mekonium sendiri adalah feses pertama yang seharusnya dikeluarkan bayi beberapa saat setelah dilahirkan.
Mekonium biasanya berwarna hijau tua bertekstur kental dan pekat.
Bila mekonium keluar ketika bayi masih berada dalam kandungan kemudian bercampur dengan air ketuban, maka akan tertelan oleh bayi dan menimbulkan bahaya.
Air ketuban berwarna hijau kental yang mengandung mekonium akan mempersulit pernapasan karena dapat mengiritasi saluran udara dan melukai jaringan paru-paru.
Selain itu, mekonium yang tertelan bayi juga akan memblokir surfaktan, zat lemak yang membantu membuka paru-paru setelah lahir.
"Akibatnya ketika lahir bayi tidak menangis, infeksi pada paru-paru bayi ini akan menyebabkan bayi membutuhkan alat bantu napas seperti ventilator, yang mana biasanya juga akan membutuhkan perawatan di NICU sementara waktu," jelas dr. Tria.
Selain stres, keluarnya mekonium di dalam kandungan juga dapat disebabkan beberapa faktor risiko.
Dikutip dari Kidshealth, berikut adalah faktor risiko penyebab bayi mengeluarkan menkonium sebelum lahir:
- Proses persalinan yang lama atau sulit,
- Lahir melewati tanggal hari perkiraan lahir (HPL),
- Ibu hamil memiliki masalah kesehatan, seperti diabetes atau tekanan darah tinggi,
- Ibu dengan preeklampsia atau eklampsia,
- Ibu yang merokok atau menggunakan obat-obatan selama kehamilan, serta
- Tidak mengalami tumbuh kembang yang baik dalam kandungan.
Sebagian besar bayi yang mengalami sindrom aspirasi mekonium dapat sembuh total setelah melewati perawatan intensif setelah lahir.
Namun pada beberapa bayi mungkin jadi memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi paru-paru dan mengi, terutama pada tahun pertama kehidupan mereka.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR