Nakita.id - Anak seringkali melakukan hal yang di luar kendali.
Bahkan Moms dan Dads juga kadang bingung menyikapinya.
Salah satunya ketika anak mengamuk di tempat umum.
Saat hal tersebut terjadi, pasti orang tua merasa bingung.
Ditambah lagi si Kecil mengamuk sembari menjerit dan bahkan berguling di lantai tempat umum karena meminta sesuatu atau tidak mendapatkan sesuatu.
Sebenarnya, hal ini wajar dialami anak dengan usia di atas 2 tahun.
Di usia tersebut, si Kecil sudah mulai mengekspresikan kemarahannya, kekecewaannya, dan juga kecemasannya.
Meski demikian, hal ini tidak boleh terus dibiarkan karena jika berkembang sampai dewasa, maka justru akan dijadikan senjata.
Saat ia mengamuk, ia merasa keinginannya akan dituruti, sehingga hal ini tak baik.
Padahal, umumnya anak mengamuk sebagai ungkapan protes dan kesewewenangan orang tua terutama jika komunikasi keluarganya kurang efektif.
Anak merasa tak adil sehingga ia mengamuk.
Baca Juga: 5 Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Moms Saat Anak Tantrum
Lalu apa yang seharusnya dilakukan orang tua ketika anak mengamuk di tempat umum?
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah orang tua harus lebih membuka diri sehingga anak dapat melampiaskan keinginan-keinginannya secara wajar.
Saat kumpul bersama keluarga, misalnya, ayah dan ibu harus mau mendengar dan menerima permintaan atau keluhan-keluhan anak.
Seumpama anak minta dibelikan buku dan stiker, tanyakan, "Mana yang paling perlu? Buku atau stiker?".
Dengan demikian, anak pun akhirnya belajar, mana yang penting dan tidak.
Kalau ia ingin protes, boleh saja, sepanjang diwujudkan dalam bentuk kata-kata dan bukan tingkah laku ngambek atau membanting pintu.
Moms dan Dads juga harus melakukan musyawarah di dalam keluarga.
Tak ada yang kalah atau menang, caranya adalah dengan membuka dialog.
Misalnya, "Yuk, kita bicarakan hal ini di rumah. Apa yang kamu mau, akan kita bicarakan dulu. Kalau memang diputuskan untuk dibeli, kita bisa kembali lagi besok".
Dengan demikian, maka akan menghasilkan titik temu yang memuaskan kedua belah pihak pun didapat.
Anak juga sekaligus belajar bahwa ia tak akan berhasil memenuhi keinginannya dengan cara ngambek atau mengamuk.
Saat si Kecil mengamuk, tetap bersikap tenang, tersenyum, dan perlihatkan kita tetap menghargainya.
Biasanya, ngambeknya akan sedikit lumer dan setelah itu orang tua bisa berujar, "Ibu tahu kamu kecewa, sedih. Sekarang kita pulang dulu, yuk! Nanti kita bicarakan di rumah. Ibu mau dengar apa maumu."
Tentunya orang tua harus konsisten dengan ucapannya.
Tiba di rumah, ia harus mau mendengarkan keluhan-keluhan anak dan sama-sama mencari pemecahannya.
Kemarahan anak biasanya tak akan reda dengan sendirinya.
Justru sikap seperti itu bisa membuat anak makin kecewa dan frustrasi.
Bisa saja ngambeknya kemudian dialihkan di rumah karena masalah utamanya tak diselesaikan.
Terakhir, sebelum mengajak pergi Moms harus melakukan antisipasi agar anak tak mengamuk.
Misalnya, "Mama mau ajak kamu ke mal, tapi janji, hanya boleh minta satu barang saja. Kamu nanti mau minta apa? Stiker atau boneka? Pilih salah satu, tidak boleh lebih dari itu."
Nah, karena si kecil dilibatkan dalam perencanaannya, ia pun biasanya akan menepati janji karena merasa dirinya dihargai.
Bisa juga ditambahkan dalam "perjanjian" itu, apa sanksinya jika si kecil ingkar janji. Misalnya, pada kepergian berikut, ia tak boleh ikut lagi. (Sumber: Tabloid Nakita)
Baca Juga: Si Kecil Sering Mengamuk? Begini Cara Agar Anak Tak Suka Marah-marah
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR