Nakita.id - Tidak ada orang tua yang sengaja membuat luka emosional pada anak mereka.
Namun seringkali tidak disadari tindakan yang kerap dilakukan orangtua dapat dikategorikan sebagai pelecehan emosional.
Pelecehan emosional adalah pola kronis dari perilaku berulang yang menyebabkan anak merasa tidak dicintai, atau tidak berharga.
Mencakup kegagalan untuk memenuhi kebutuhan emosional anak melalui kepercayaan, rasa hormat, dan dukungan.
Hal ini dapat terjadi melalui tindakan langsung seperti memberi tahu anak bahwa mereka tidak dapat dicintai atau melalui tindakan seperti mengabaikan anak atau merusak mainan anak.
Pelecehan emosional juga terjadi ketika orang tua gagal mendukung perkembangan yang sehat dari sistem pengaturan emosi anak itu sendiri.
Sebagai orang tua, dapat jatuh ke dalam perangkap pengasuhan yang dapat menimbulkan dampak negatif dan pelecehan emosional, bahkan jika itu berasal dari niat terbaik.
Dilansir dari Blissed Out Mums, berikut ini adalah tindakan yang tanpa disadari dapat menyakiti anak secara emosional.
1. Menghukum anak karena menjadi anak-anak
Hukuman seringkali dianggap sebagai bagian dari proses belajar anak. Namun sebenarnya hukuman bukanlah bagian dari proses disiplin yang sehat.
Orangtua perlu mendisiplinkan anak-anak secara positif sehingga mereka belajar perilaku apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima dalam situasi tertentu.
Baca Juga: Pola Asuh Orangtua Terhadap Anak yang Berpengaruh pada Kepribadian Anak
Hukuman secara emosional merugikan anak karena mengganggu keterikatan anak dengan ibunya.
Ketika seorang anak dihukum, tindakan perilaku mereka lebih difokuskan, daripada pelajaran yang mereka butuhkan.
2. Tidak menjadi panutan yang baik
Seorang anak belajar mengendalikan emosinya tidak hanya melalui proses pendidikan seperti buku, tetapi terutama melalui mengamati bagaimana orang tua menangani emosinya.
Orang tua yang membentak, mengumpat, memukul, mengunci diri di kamar, atau pergi karena emosinya.
Secara tidak langsung sedang mengajari anak mereka untuk melakukan hal yang sama.
Orang tua yang membentak anaknya karena kesal dan mengamuk dapat memberi anak pengertian bahwa untuk tidak menghargai perasaan orang lain dan bahwa mereka tidak berharga dari mengekspresikan emosi.
Contoh tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan emosional anak.
3. Tidak membiarkan anak-anak menjadi anak-anak
Setiap tahap perkembangan dan tonggak penting untuk perkembangan holistik anak.
Anak-anak belajar melalui perbuatan. Mereka harus jatuh beberapa kali sebelum berjalan.
Misalnya mereka perlu mengamuk dan berkelahi dengan teman-teman mereka sebelum mereka belajar bagaimana mengekspresikan emosi mereka dan menyelesaikan perselisihan.
Mereka perlu memiliki kamar yang berantakan sebelum belajar cara membersihkannya.
Mendorong anak-anak kita untuk tidak menjadi anak-anak, yakni untuk tidak mengalami pasang surut perilaku masa kanak-kanak yang normal dapat meninggalkan otonomi perkembangan mereka.
4. Pesan parenting yang tidak konsisten
Inkonsistensi dalam pesan pengasuhan dapat terjadi melalui gaya pengasuhan yang berbeda antara orang tua atau antara orang tua dan sekolah.
Pesan-pesan ini mencakup hal-hal seperti harapan anak, nilai/keyakinan, dan teknik disiplin.
Kerugian emosional datang kepada anak-anak ketika ketidakkonsistenan ini menyebabkan seorang anak merasa tidak stabil.
Anak merasa bahwa mereka harus menjadi satu jenis kepribadian dalam satu situasi versus yang lain dalam situasi yang berbeda.
Contohnya ketika mereka mendapatkan pujian. Anak-anak melihat pujian sebagai bentuk cinta dan ketika mereka mendapatkannya mereka merasa dicintai.
Ketika mereka tidak mendapatkannya, mereka merasa tidak dicintai.
Ketidakkonsistenan ini pada gilirannya secara emosional berbahaya bagi perkembangan anak.
Baca Juga: Mengenal Jenis-jenis Pola Asuh Anak dan Pengaruh yang Didapatkan
Tonton Sisi Baru dari Kisah Legendaris yang Telah Dinanti dalam Disney’s 'Mufasa: The Lion King'
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR