Nakita.id – Wabah pandemi masih belum usai, sejak kembali ditemukan virus covid varian XBB.
Adanya Covid-19 omicron varian XBB menjadi kekhawatiran bagi masyarakat.
Oleh karena itu, himbauan untuk menerapkan protokol kesehatan terus digalakkan untuk menekan penyebaran covid varian XBB.
Sebaliknya, jika tidak berupaya melindungi diri, virus ini dapat mudah saja masuk ke dalam tubuh.
Apalagi covid varian XBB ini tergolong cepat menular.
Namun tingkat keparahan yang ditimbulkan dari varian XBB tidak seberat atau tidak lebih berbahaya dibandingkan dengan varian Covid-19 sebelumnya.
Namun tetap saja, hal ini harus menjadi hal yang patut diwaspadai penyebarannya.
Meski pada beberapa orang tidak merasakan gejala yang parah, pada orang yang tergolong kelompok berisiko dapat mengalami gejala berart.
Adapun kelompok berisiko tersebut antara lain :
Orang yang memiliki komorbid (penyakit penyerta, bawaan, kronis), orang yang belum pernah tertular Covid-19, orang yang belum diberi vaksin Covid-19 dan booster.
Untuk itu, bagi orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok berisiko perlu ekstra hati-hati.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan, bahwa subvarian baru Covid-19 Omicron XBB ini sudah mendominasi di Indonesia sejak 3 minggu terakhir.
Menurutnya, penularaan XBB lebih cepat dengan puncak kasus yang diperkirakan setara dengan varian BA.4 dan BA.5 yang menyebar pada Juli hingga Agustus 2022 lalu.
"Dan kelihatan sekali bahwa subvarian XBB itu cepat sekali naik dominasinya dalam tiga minggu terakhir ini," kata Budi Selasa (8/11/2022) dikutip dari Kompas.com.
Budi juga menyebut, varian XBB ini memiliki penyebaran yang cepat terlihat dari kasus di Singapura, tetapi penurunannya juga terjadi lebih cepat.
"Jadi ciri-ciri XBB ini adalah kenaikannya cepat, turunnya cepat. Puncaknya kira-kira mendekati puncak BA.4, BA.5, tapi di bawah puncak BA.1 atau BA.2," ujar Budi.
Lantas apa itu Covid Varian XBB?
Adanya peningkatan kasus yang Covid, membuat banyak orang bertanya-tanya mengenai Omicron XBB.
Dilansir dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) XBB merupakan rekombinan dari subvarian BA.2.10.1 dan BA.2.75.
Varian ini pertama kali terdeteksi pada Agustus 2022 di India, dan telah terdeteksi di lebih dari 17 negara sejak saat itu
Termasuk Australia, Bangladesh, Denmark, India, Jepang, dan Amerika Serikat.
Dilansir dari Health, Otto Yang, MD, kepala asosiasi penyakit menular dan profesor kedokteran di David Geffen School of Medicine di University of California, Los Angeles, mengatakan varian BQ.1.1, BQ.1, dan XBB tampaknya secara khusus menghindari antibodi.
Baca Juga: Gejala Awal yang Dialami Penderita Covid Sub Varian XBB, Jangan Disepelekan
“Walaupun sudah divaksinasi, atau sudah pernah terjangkit COVID sebelumnya, bisa saja tertular kembali,” katanya.
Seseorang dapat terinfeksi dengan jenis ini lebih mudah karena antibodi tidak melindungi. Tetapi antibodi hanyalah setengah dari respons tubuh kita terhadap patogen, tambah Dr. Yang.
Sel T tubuh masih dapat mengenali protein lonjakan pada virus yang bermutasi ini dan menghancurkannya.
Kabar baiknya, meskipun transmisibilitasnya meningkat, varian baru ini tampaknya tidak lebih mematikan daripada varian Omicron lainnya.
Berikut beberapa gejala varian XBB:
- Batuk
- Pilek
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Pegal-pegal
Gejala lain yang mungkin muncul adalah kelelahan ekstrem, sesak napas, kehilangan bau dan rasa. Bagi mereka yang memiliki komorbid seperti diabetes dan lainnya gejala yang muncul mungkin terasa lebih parah.
Baca Juga: Covid Varian XBB Naik! Kembali Diberlakukan PPKM Level 1 untuk Jawa dan Bali
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR