Tujuannya, semata-mata agar proses pengolahan makanan tak kelewat membebani kerja organ tubuhnya, sementara kebutuhannya akan gizi yang baik bisa tercukupi.
Jadwal Pemberian Makanan
Kita mengatur jadwal makan anak dengan jarak kira-kira setiap 4 jam.
Pasalnya, makanan yang dikonsumsi anak masuk ke dalam lambung dan lalu meninggalkan lambung, berlangsung 4 jam setelah selesai makan. Saat itulah lambung akan kosong dan menyebabkan rasa lapar.
Dari lambung, makanan lalu masuk ke dalam usus halus dan mengalami proses pencernaan serta penyerapan setelah 9 jam selesai makan. Selanjutnya, makanan yang diserap usus halus masuk ke dalam darah dan diedarkan ke seluruh tubuh.
Makanan yang berada di dalam darah, terutama gula darah, akan terus dipertahankan agar suplai glukosa ke sel otak tetap terpenuhi karena metabolisme sel otak sangat tergantung pada glukosa.
Bila gula darah rendah, sel otak akan kekurangan suplai makanan untuk metabolismenya. Ini sering menimbulkan rasa pusing dan lemas serta keluar keringat dingin.
Cepat-lambatnya makanan meninggalkan usus dan masuk ke dalam darah tergantung dari kandungan zat gizi dan cara pengolahan makanan tersebut. Lemak dan protein merupakan makanan yang sulit dicerna hingga akan tinggal lama di dalam usus dibanding karbohidrat.
Itu sebab, anak yang mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak dan protein cukup, tak akan merasa cepat lapar. Sedangkan anak yang mengkonsumsi makanan dengan karbohidrat cukup, gula darahnya tetap stabil.
Kombinasi makanan yang mengandung zat gizi penghasil energi dalam jumlah seimbang inilah yang membuat usus anak tetap terisi dengan baik dan gula darahnya stabil.
(Sumber: Tabloid Nakita)
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Moms, Begini Caranya Atur Pola Makan Anak yang Hiperaktif
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR