Nakita.id – Sangat penting mengetahui pola makan anak dan jadwal pemberian makanan.
Pola makan yang sehat sangat baik untuk tumbuh kembang anak yang optimal.
Makanan yang dikonsumsi tentunya akan berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya.
Para ahli gizi menganjurkan, anak harus dibiasakan memiliki pola makan sehat, yaitu 3 kali makan wajib (pagi, siang, malam) dan 2 kali makan selingan (selingan pertama di antara sarapan dan makan siang; selingan kedua di antara makan siang dan malam).
Jadi, pemberian makanan selingan bukan cuma buat anak yang mengalami susah makan atau si kurus saja, melainkan tiap anak. Bahkan, si gemuk pun membutuhkannya karena ia pun masih butuh tenaga yang banyak.
Soalnya, anak sangat memerlukan kecukupan gizi untuk proses tumbuh kembangnya yang justru berlangsung amat pesat di usia balita.
Tentu saja, kecukupan gizi bagi tumbuh kembang ini diharapkan bisa diperoleh bukan hanya dari makanan selingan, melainkan juga makanan utama/wajib.
Kalau tidak, dikhawatirkan pertumbuhan si kecil akan terhambat.
Perlunya pemberian makanan selingan juga didasari atas pertimbangan kondisi fisiologis anak.
Antara lain, ukuran lambung anak yang relatif kecil, hingga volume atau daya tampungnya amat terbatas.
Praktis, pemenuhan kebutuhan gizinya tak mungkin tercukupi hanya dengan sekali makan dalam porsi besar, melainkan harus diisi sedikit-sedikit dengan frekuensi 5-6 kali makan.
Baca Juga: Jangan Anggap Sepele, Pola Makan Orangtua Ternyata Berpengaruh Kepada Anak
Tujuannya, semata-mata agar proses pengolahan makanan tak kelewat membebani kerja organ tubuhnya, sementara kebutuhannya akan gizi yang baik bisa tercukupi.
Jadwal Pemberian Makanan
Kita mengatur jadwal makan anak dengan jarak kira-kira setiap 4 jam.
Pasalnya, makanan yang dikonsumsi anak masuk ke dalam lambung dan lalu meninggalkan lambung, berlangsung 4 jam setelah selesai makan. Saat itulah lambung akan kosong dan menyebabkan rasa lapar.
Dari lambung, makanan lalu masuk ke dalam usus halus dan mengalami proses pencernaan serta penyerapan setelah 9 jam selesai makan. Selanjutnya, makanan yang diserap usus halus masuk ke dalam darah dan diedarkan ke seluruh tubuh.
Makanan yang berada di dalam darah, terutama gula darah, akan terus dipertahankan agar suplai glukosa ke sel otak tetap terpenuhi karena metabolisme sel otak sangat tergantung pada glukosa.
Bila gula darah rendah, sel otak akan kekurangan suplai makanan untuk metabolismenya. Ini sering menimbulkan rasa pusing dan lemas serta keluar keringat dingin.
Cepat-lambatnya makanan meninggalkan usus dan masuk ke dalam darah tergantung dari kandungan zat gizi dan cara pengolahan makanan tersebut. Lemak dan protein merupakan makanan yang sulit dicerna hingga akan tinggal lama di dalam usus dibanding karbohidrat.
Itu sebab, anak yang mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak dan protein cukup, tak akan merasa cepat lapar. Sedangkan anak yang mengkonsumsi makanan dengan karbohidrat cukup, gula darahnya tetap stabil.
Kombinasi makanan yang mengandung zat gizi penghasil energi dalam jumlah seimbang inilah yang membuat usus anak tetap terisi dengan baik dan gula darahnya stabil.
(Sumber: Tabloid Nakita)
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Moms, Begini Caranya Atur Pola Makan Anak yang Hiperaktif
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR