Nakita.id – Penting untuk diketahui, berikut ini beberapa penyakit penghambat kehamilan.
Kehamilan merupakan salah satu keinginan banyak pasangan setelah menikah.
Sayangnya, tidak semua pasangan langsung dikaruniai anak. Ada yang perlu menunggu beberapa bulan, tahun, bahkan belasan tahun.
Penyebab kehamilan terhambat sendiri ada berbagai macam, salah satunya adalah penyakit.
Maka dari itu, jika Moms dan Dads berencana memiliki anak, yuk ketahui apa saja penyakit penghambat kehamilan ini.
Dengan itu, Moms dan Dads bisa mencegah ataupun mengatasinya agar program hamil berjalan dengan lancar.
Bukan tanpa alasan, Moms dan Dads perlu tahu apa saja penyakit penghambat kehamilan.
Pasalnya, selain menghambat, beberapa penyakit ini ternyata juga bisa mengganggu kehamilan.
Ya, biasanya, penyakit yang sudah diderita sebelumnya akan semakin berat dengan datangnya kehamilan. Belum lagi, dampak obat-obatan terhadap janin.
Melansir dari Tabloid Nakita, inilah beberapa penyakit penghambat kehamilan yang perlu diwaspadai.
Penyakit ini menyebabkan oksigenisasi berkurang. Pada kehamilan, hal ini mengakibatkan aliran oksigen ke janin pun berkurang, sehingga ada kemungkinan janin mengalami hambatan pertumbuhan.
Keguguran pun bisa terjadi jika penyakit jantung si ibu meningkat kelasnya, yang mengakibatkan suplai makanan dan oksigen dari peredaraan darah ibu ke janin mengalami gangguan berat.
Bukan berarti pengidap penyakit jantung jadi tak bisa hamil atau malah tak boleh hamil.
Bila dipersiapkan dan penyakitnya dapat ditanggulangi dengan baik, Moms boleh saja hamil dan kehamilannya akan berjalan dengan aman. Apalagi, penyakit jantung dibagi dalam beberapa kelas.
Pada kelas 1 (ringan), pasien tak merasakan apa-apa; tak ada gejala sesak, kelelahan, ataupun jantung berdebar.
Sementara, di kelas 2 (sedang), dalam kegiatan sehari-hari tak merasakan apa-apa, tapi saat bekerja berat, misalnya berlari kencang, jantungnya akan terasa sesak, berdebar, kelelahan, dan sebagainya.
Nah, penderita jantung kelas 1 dan 2 tak perlu khawatir untuk hamil.
Tapi, tentunya tetap harus selalu waspada, karena gagal jantung dapat timbul setiap saat selama kehamilan, persalinan, hingga nifas, apabila beban jantung melebihi kapasitas fungsional.
Gejala gagal jantung yang bisa dikenali adalah sesak nafas, kelelahan berlebihan, aktivitas fisik terbatas, retensi cairan, penambahan berat badan, serta denyut jantung yang meningkat.
Lain halnya jika sudah masuk kelas 3 (berat) dan 4 (sangat berat), karena tergolong berisiko tinggi.
Pada kelas 3, saat mengerjakan aktivitas sehari-hari yang ringan sekalipun, ia akan lemah sesak, atau muncul gejala kelemahan jantung.
Sedangkan, di kelas 4, sang ibu mungkin sudah tak bisa mengerjakan apa pun karena sesaknya.
Baca Juga: Kok Bisa Telat Haid Tapi Test Pack Negatif? Coba Cek Bisa Saja Kondisi Ini yang Memengaruhinya
Nah, untuk pengidap penyakit jantung di kelas 3 dan 4 ini, bila dipaksakan hamil bisa membawa kematian pada dirinya.
Bayangkan saja. Untuk pekerjaan sehari-hari saja sudah sesak, apalagi dengan membawa kehamilannya, yang mana beban jantungnya bertambah berat.
Bisa jadi malah abortus dengan indikasi medis karena berbahaya bagi si ibu.
Pada penderita diabetes, sistem metabolisme tubuh dan sistem hormonal terganggu karena tak ada insulin di dalam darah.
Akibatnya, proses pematangan sel telur terhambat sehingga kesuburan tak dapat dicapai dengan baik.
Ada diabetes karena keturunan dan bukan keturunan. Diabetes karena keturunan bisa bertambah parah ketika kehamilan.
Ada pula diabetes sebelum hamil (pregestational diabetic) dan diabetes kehamilan (gestational diabetic).
Pada diabetes sebelum hamil, sang ibu sudah menderita diabetes dan begitu hamil menjadi lebih berat.
Sedangkan, diabetes kehamilan terjadi karena ada suatu peningkatan metabolisme tubuh, hingga menyebabkan peningkatan reaksi tubuh untuk mengimbanginya.
Salah satunya, peningkatan karbohidrat. Jadi, sebelum hamil, si ibu saja.
Diabetes kehamilan bersifat sementara, bisa hilang setelah melahirkan, tapi bisa juga menjadi parah bila tak terdeteksi.
Diabetes golongan berat (kelas B atau C) bisa berdampak sangat besar buat janin, yakni kematian janin, terutama kerap terjadi di kehamilan usia 34-36 minggu.
Selain menyebabkan kecacatan organ, lantaran gangguan pembuluh darah akibat diabetes pada saat pembantukan janin sebelum kehamilan berusia 8 minggu.
Itulah mengapa, penderita diabetes yang ingin hamil amat dianjurkan untuk menunda kehamilannya dan lebih mengutamakan pengobatan penyakitnya.
Stroke tak secara langsung mengganggu alat-alat reproduksi yang mengakibatkan ibu tak bisa hamil, tetapi lebih pada pengaruh lanjutan dari stroke.
Bukankah pada penderita stroke terjadi gangguan di otak sehingga koordinasi ke bagian tubuh tertentu juga terganggu?
Nah, gangguan-gangguan inilah yang nantinya secara tak langsung akan menghambat kesuburan karena proses pematangan sel telur tidak maksimal.
Bila gangguan stroke ini sampai mengganggu koordinasi saraf hampir ke seluruh tubuh, mungkin sekali sang ibu tak akan pernah mendapatkan kesuburannya.
Pun demikian halnya dengan tingginya kolesterol jahat, karena berpengaruh terhadap munculnya penyakit jantung atau penyakit lain yang bisa mengganggu kestabilan metabolisme tubuh.
Sehingga, proses pematangan sel telur akan terganggu, yang akhirnya berakibat pada gangguan kesuburan dan pembuahan tak berhasil dilakukan.
Nah, itu dia Moms beberapa penyakit penghambat kehamilan.
Hati-hati ya, Moms! (Sumber: Tabloid Nakita)
Baca Juga: Bahaya Berat Badan Berlebihan pada Ibu Hamil, Pengaruh Obesitas pada Kehamilan
Taro dan AGLXY, Hadirkan Semangat Eksplorasi dan Keberanian Masa Kecil Lewat #ReigniteYourInnerChild
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR