Nakita.id – Orangtua wajib memahami cara bayi berkomunikasi.
Mengenal cara bayi berkomunikasi sangat penting dilakukan.
Ada banyak cara bayi berkomunikasi yang dapat diperhatikan, mulai dari dengan cara menangis, tertawa, tersenyum dan lain sebagainya.
Walaupun ia belum bisa bicara, bukan berarti ia tak bisa berkomunikasi. Ia punya cara tersendiri untuk menyatakan kebutuhannya.
Selama tahun pertama kehidupannya, anak mengembangkan bentuk komunikasi prabicara untuk mengungkapkan keinginan dan perasaannya.
Salah satunya yang paling kerap digunakan ialah tangisan, di samping celoteh dan ekspresi wajah.
Ketiga bentuk komunikasi prabicara itu merupakan kode, tanda, atau bahasa bayi saat membutuhkan sesuatu dari orangtuanya.
Misal, saat lapar, lelah, pedih, dan keadaan tubuh yang tak menyenangkan lainnya, serta untuk memenuhi keinginan diperhatikan.
1. Tangisan
Biasanya di bulan-bulan pertama pascalahir, tangisan merupakan cara bayi memberitahukan kebutuhannya kepada seseorang.
Makin keras dan makin lama tangisannya, makin kuat kebutuhannya.
Baca Juga: 5 Cara dan Stimulasi Komunikasi dengan Bayi yang Tepat untuk Cegah Speech Delay
Gerakan tubuh yang menyertai tangis dapat membantu kita lebih memahaminya.
Umumnya, para ibu sering mengartikan tangisan bayi sebagai pertanda lapar.
Padahal, menangis tak selalu berarti lapar, bukan?
Dalam hal-hal tertentu, di mana bayi dapat melakukan sendiri kebutuhannya, seperti bernapas, dia tak perlu menangis. Sebenarnya, saat bayi buang air besar/kecil pun, dapat dilakukan sendiri.
Tapi efek dari buang air besar/kecil yang membuat pakaiannya basah dan menimbulkan rasa tak nyaman di tubuhnya itulah yang membuatnya menangis.
2. Berceloteh
Sama halnya dengan menangis, berceloteh merupakan cara bayi berkomunikasi dengan orangtuanya.
Namun, biasanya sedikit sulit bagi orangtua untuk memahami arti celotehan bayinya.
Pada dasarnya, bayi berceloteh kalau dirinya merasa senang. Misal, bayi senang dengan suasana di pagi hari, dia pun berceloteh.
Namun kalau dia telah merasa gerah atau kepanasan, dia pun mulai gelisah dan menangis, karena merasa tak nyaman lagi.
Saat bayi berceloteh, bila mendapat stimulasi atau ditanggapi oleh orangtuanya, seolah-olah ibu-bapaknya mengerti isi celotehannya itu, anak akan tampak bersemangat untuk berceloteh.
Baca Juga: Ayah Bisa Berperan Sama Mengajarkan Si Kecil Berbicara Lewat 4 Cara Menyenangkan Ini
Lewat berceloteh, sebenarnya bayi mulai dapat belajar akan rasa aman atau percaya pada lingkungannya.
Misal, saat dia berceloteh lalu ditanggapi atau mendapat dukungan dari orangtuanya, selain merasa senang dia pun belajar dan merasa yakin dirinya mampu berkomunikasi.
3. Ekspresi Wajah
Akan halnya ekspresi wajah, dapat berupa mimik muka atau senyuman.
Ekspresi wajah biasanya menunjukkan kalau dirinya merasa senang, tak nyaman, takut atau kesal.
Saat bayi tersenyum, misal, biasanya bila dia mendapatkan atau merasakan sesuatu yang menyenangkan dirinya.
Seumpama, bayi diberikan mainan oleh orangtuanya.
Dia tersenyum karena senang mendengar bunyi atau melihat bentuk mainan itu yang lucu.
Contoh lain, saat bayi berusia 6-7 bulan, biasanya bila melihat orangtuanya datang atau saat dipanggil namanya, anak pun tersenyum.
Ini menandakan dia merasa bahagia dengan kehadiran orangtuanya.
(Sumber: Tabloid Nakita)
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR