Dalam skala yang lebih luas, interaksi tipe ini juga dapat ditemui dalam hubungan antara pemimpin dan kelompoknya. Misalnya, antara tokoh agama dan jemaah atau pemimpin adat dan komunitas sukunya.
Di bidang politik, misalnya hubungan pimpinan partai dan massa pendukungnya juga termasuk tipe ini. Demikian pula interaksi kalian dengan komunitas lingkungan tempat tinggal dapat dikategorikan dalam tipe ini.
Sedangkan, ketika ada konflik berupa perkelahian antargeng pelajar sesungguhnya menggambarkan interaksi sosial antarkelompok.
Dalam skala lebih luas, tipe ini juga dapat dijumpai dalam hubungan kerja sama dua partai atau lebih yang berkoalisi dalam pemilu.
Atau, kerja sama antarnegara dalam skala global melawan pandemi COVID-19 juga mewakili gambaran interaksi tipe ini.
Kerjasama dan konflik merupakan variasi dari bentuk interaksi sosial yang digambarkan pada bagian sebelumnya.
Bagaimana bentuk-bentuk tersebut dijelaskan?
Gillin dan Gillin (1954) menyajikan dua bentuk interaksi sosial, yaitu:
a. Interaksi Sosial Asosiatif
Proses asosiatif yang dimengerti sebagai bentuk proses sosial yang mengarah kepada kerja sama antar pihak.
Proses asosiatif terdiri dari kerja sama, akomodasi, dan asimilasi sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
Baca Juga: Cara Penyelesaian Sengketa Internasional, Materi PKN SMA kelas 11
1. Kerja sama adalah interaksi sosial manakala terdapat dua pihak atau lebih mengikatkan diri untuk memenuhi ke pen tingan bersama atau karena adanya persamaan tujuan. Kerja sama atau yang disebut cooperation dapat berupa koalisi dan kolaborasi.
2. Sedangkan akomodasi merupakan upaya meredakan ketegangan karena pertentangan yang terjadi dengan cara memenuhi sebagian tuntutan dari pihak-pihak yang bertikai. Tujuan akomodasi adalah mencapai perimbangan serta mencegah membesarnya pertentangan. Variasi bentuk akomodasi misalnya kompromi, arbitrasi, mediasi, konsiliasi, dan toleransi.
3. Bentuk ketiga adalah asimilasi. Asimilasi merupakan percampur an dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan baru. Dalam proses semacam ini, budaya baru yang terbentuk sungguh berbeda dari budaya asal yang turut membentuk budaya baru tersebut.
4. Akulturasi acap kali dipersamakan dengan proses asimilasi. Padahal sesungguhnya keduanya berbeda. Proses akulturasi merupakan proses dua budaya atau lebih berinteraksi, namun masing-masing kebudayaan tetap mempertahankan identitasnya serta batas-batas perbedaan antar budaya tidak hilang.
b. Interaksi Sosial Disosiatif
Bentuk lain yang berbalik dengan proses asosiatif adalah proses disosiatif. Interaksi ini mengarah kepada pertentangan antara pihak yang terlibat.
Bentuk-bentuk proses disosiatif adalah kompetisi, kontravensi, dan konflik sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
1. Kompetisi adalah proses sosial bilamana para pihak yang terlibat bersaing berebut sesuatu. Hal yang menjadi sumber perebutan masing-masing pihak sangat beragam misalnya sumber daya, keuntungan, jabatan, dan status.
2. Kontravensi mewakili bentuk proses disosiatif yang lebih tinggi dibanding persaingan, tetapi tidak sampai mengalami pertentangan. Ragam bentuk kontravensi adalah penghasutan, penyangkalan, penolakan, dan pengkhianatan.
3. Konflik merupakan proses disosiatif di mana pihak yang terlibat berusaha mencapai tujuannya dengan cara menantang atau menyerang lawan termasuk dengan kekerasan. Meski dekat dengan dampak negatif, konflik memiliki sisi positif berupa menguatnya solidaritas dalam kelompok karena adanya musuh bersama. Penyebab konflik antara lain adalah perbedaan nilai, kepentingan, kebudayaan, dan sebagainya.
Nah, itu tadi materi tentang pengertian dan bentuk interaksi sosial di Bab 2 Kurikulum Merdeka IPS Kelas 10 SMA halaman 106-112.
Baca Juga: Sengketa Batas Wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia, Materi PKN SMA Kelas 11
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR