Nakita.id- Selama ini mungkin Moms mengetahui baby blues kerap dialami oleh para ibnu yang baru melahirkan.
Entah itu anak pertama, kedua, kegita, baby blues bisa dialami oleh siapa saja, bahkan termasuk oleh suami.
Bagaimana bisa ya suami ikut mengalami baby blues?
Riset yang dimuat di Journal of the American Medical Association menguak tentang riset yang dilakukan pada 28.004 pria. Ternyata satu dari sepuluh ayah mengalami baby blues.
Sebanyak 25% dari jumlah itu terus mengalami depresi sampai Si Kecil berusia enam bulan.
Smith Paulson, psikolog klinis dan kepala peneliti dari Sekolah Kesehatan Virginia Timur di Norfolk, Amerika Serikat mengatakan, ada hubungan yang konsisten antara depresi yang dirasakan Dads dan depresi Moms.
Artinya, depresi pada Moms dapat menyebabkan depresi pada Dads juga.
Dengan kata lain, Moms yang mengalami baby blues, rentan menularkan hal yang sama pada pasangannya.
Nah, kondisi 'sindrom ayah baru' atau baby blues pada pria ini umumnya terjadi pada saat bayi baru lahir hingga usia mencapai 3-12 bulan.
Seiring waktu, kondisi ini sebenarnya akan hilang sendiri.
Untuk menangani kendala ini, Dads perlu berupayakan terlibat lebih banyak dalam pengasuhan bayi sehingga Dads bisa merasa “lebih dibutuhkan”.
Moms juga diharapkan bisa mengajak Dads bicara tentang perasaannya, yang terkait dengan bayi mereka.
Pada dasarnya baby blues pada pria dapat dicegah dengan melakukan komunikasi yang terbuka antara Dads dengan Moms dalam hal pembagian tugas merawat bayi.
Dads akan bahagia jika merasa dilibatkan. Sebaiknya, meskipun kini ada bayi di tengah-tengah Moms dan Dads, tetap luangkan waktu untuk berdua.
Saat couple time, isi dengan obrolan yang romantis, ringan, serta membahas tentang hal-hal yang dirasakan berdua setelah bayi lahir serta pembagian peran mengasuh dan merawat Si Kecil.
Niscaya, baik Moms dan Dads , akan merasa plong dan bahagia saat mengasuh si bayi.
Upaya lain untuk mencegah terjadinya baby blues pada pria adalah terlibat dalam proses menyusui.
Bukan berarti Dads menyusui bayi seperti yang dilakukan Moms kepada bayi, tapi Dads berperan dalam proses pengasuhan bayi pada seluruh tahap, pada masa hamil, bersalin, dan ketika bayi sudah lahir. Itulah yang disebut breastfeeding father.
Lalu, apa saja bentuk-bentuk keterlibatan Dads di setiap tahapan itu? Berikut uraiannya.
Di masa hamil
Dads ikut berinteraksi dengan janin. Usapan pada perut istri dan suara Dads ketika menyapa janin, dapat menjadi sebuah proses “perkenalan” awal yang baik.
Ketika mencari fasilitas kesehatan untuk persalinan, temani istri periksa hamil dan lakukan senam hamil.
Ini adalah sebuah langkah awal untuk menjadi seorang breastfeeding father.
Hal-hal tersebut dapat meningkatkan keyakinan istri tentang ASI-nya dan menambah kenyamanan serta kedekatan hubungan suami-istri yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan menyusui.
Saat bersalin
Pada fase ini, Dads mendampingi Moms ketika melahirkan. Setelah melahirkan, seorang mama pasti merasa lelah secara fisik dan mental.
Selama proses IMD, Dads bisa memberikan dukungan berupa pujian dan kata-kata positif kepada Moms untuk meningkatkan rasa percaya dirinya bahwa ASI adalah yang terbaik.
Setelah bayi lahir
Dads mampu berperan lebih luas dalam proses pengasuhan bayi dengan melakukan beberapa hal yang bersifat praktis, seperti mengganti popok, memandikan bayi, memijat bayi, menyendawakan bayi, menenangkan bayi yang sedang menangis, membawa bayi yang sedang menangis ke Moms untuk disusui, memijat pundak Moms, membawakan makanan atau minuman hangat untuk Moms, memberi pujian pada Moms, berbagi pekerjaan rumah tangga, mengurus bayi ketika Momsmengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengurus dirinya sendiri, atau bila ada, serta mengurus kakak si bayi.
Dengan begitu, beban berat yang terasa ketika hidup berubah karena kehadiran Si Kecil akan terasa mudah untuk dilalui.
Baca Juga: Dialami 80% Ibu Melahirkan, Yuk Kenali Sindrom Baby Blues: Arti, Penyebab, Gejala, Tips Mencegah
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR