Nakita.id - Di mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA kelas 10 kurikulum merdeka, peserta didik diminta memahami puisi.
Di dalam teks puisi ada diksi yang harus dipahami.
Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan untuk memberikan makna sesuai keinginan.
Tujuan pemilihan diksi yang tepat supaya makna atau pesan dari penulis tersampaikan kepada para pembaca.
Rangkaian diksi yang dipilih harus baik dan selaras.
Pada puisi, kalimat yang digunakan biasanya menggunakan kiasan.
Kalimat kiasan membuat puisi terlihat indah ketika dibaca.
Selain indah, banyak makna yang terkandung dalam puisi.
Sehingga, banyak yang berpendapat bahwa puisi jadi salah satu karya sastra yang padat.
Ada beberapa macam diksi dalam puisi.
Diantaranya majas, pengimajinasian, kata konkret, dan sebagainya.
Baca Juga: Jawaban Soal Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA Halaman 162 Kurikulum Merdeka
Melansir Buku Bahasa Indonesia SMA kelas 10, berikut penjelasan mengenai berbagai jenis diksi.
Nama lain dari majas yaitu gaya bahasa.
Majas berisi kiasan yang bisa menampilkan efek tertentu bagi pembaca.
Penggunaan majas juga bisa menarik perhatian pembaca karena rangkaian katanya yang indah.
Jenis majas diantaranya:
- Personifikasi: mengumpamakan benda mati seolah-olah seperti manusia hidup.
- Metafora: membandingkan dua hal secara langsung.
- Asosiasi: menggunakan kata hubung misalnya bagai, seumpama, seperti, bak, dan sebagainya.
- Hiperbola: untuk melebih-lebihkan sesuatu.
Diksi pengimajian yaitu susunan kata yang bisa menimbulkan efek imajinasi kepada pembaca.
Pembaca jadi bisa membayangkan atau mengkhayal sesuai kondisi di kalimat itu.
Baca Juga: 8 Hal yang Perlu Dicermati Sebelum Mempresentasikan Teks Biografi
Pembaca jadi seolah-olah mendengar, melihat, dan meraba serta mengecap seperti kata yang diungkapkan pada puisi.
Konkret memiliki arti nyata atau berwujud.
Misalnya, pada kata jalan dalam puisi bisa bermakna sebagai kisah hidup.
Pada kata pohon bunga juga bisa bermakna sesuatu yang dirindukan.
Ini seperti kata-kata yang berasosiasi.
Asosiasi yaitu keterkaitan makna dengan hal lain di luar bahasa.
Sehingga, makna konotatif timbul sebagai akibat asosiasi perasaan pembaca terhadap kata yang diungkapka.
Intinya, pada kata konotatif, makna kata telah mengalami pergeseran atau penambahan dari makna aslinya.
Contohnya pada kalimat 'Kuda bernapaskan nyala'.
Kata nyala seharusnya berarti hidup atau terang.
Namun, pada kalimat itu justru memiliki arti semangat yang berkobar.
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR