Nakita.id - Resesi seks mulai banyak menjangkiti negara-negara di Asia.
Sebut saja Singapura yang sudah sejak lama mengalami resesi seks dan mulai merambah ke Korea Selatan, Jepang, serta China.
Fenomena resesi seks padahal awalnya terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Rusia, dan banyak negara di Eropa.
Resesi seks adalah penurunan aktivitas seksual hingga penurunan kesuburan, yang dikhawatirkan akan berpengaruh pada penurunan angka kelahiran.
Pandemi Covid-19 sedikit banyak mempengaruhi pola pikir masyarakat yang akhirnya menyebabkan resesi seks.
Di China misalnya, masyarakat khawatir akan efek pandemi, pengobatan Covid-19, dan vaksinasi akan mempengaruhi janin.
Bahkan kalaupun mereka memiliki anak di masa pandemi, pemerintah menerapkan aturan sangat ketat sehingga para orangtua dan anak-anak tidak bisa beraktivitas dengan nyaman di lura rumah.
Oleh sebab itu akhirnya masyarakat China memilih untuk menunda kehamilan dan tidak memiliki anak.
Itu hanyalah salah satu penyebab resesi seks yang mungkin terjadi.
Ada banyak hal lain yang juga dapat menyebabkan resesi seks bisa terjadi, termasuk di Indonesia, antara lain:
1. Sibuk bekerja
Baca Juga: 7 Trik Hubungan Intim Bisa Kuat Tahan Lama, Cari Tahu di Sini!
Rutiitas yang sangat padat membuat anak-anak muda terlalu sibuk bekerja serta mengejar karier hingga membuat kehidupan seks mereka terabaikan.
Apalagi kini banyak anak muda yang mengejar standar kesuksesan yang tinggi sehingga berlomba-lomba sebisa mungkin mengejar karier.
Stres dan lelah akibat pekerjaan juga dapat mempengaruhi kesuburan dengan cara menurunkan kualitas sel telur dan sperma.
2. Nyaman sendirian
Tak bisa dipungkiri, karena sibuk bekerja dan menata karier sendirian alhasil seseorang bisa merasa nyaman sendiri.
Terbiasa nyaman sendiri juga sering kali membuat orang berpikir punya pasangan hanya akan menambah keribetan dalam hidup.
Tak cuma itu, orang-orang yang nyaman sendirian juga bisa jadi memiliki luka di masa lalu yang belum selesai, kegagalan hubungan, dan lainnya sehingga enggan mencari pasangan.
3. Ekonomi
Permasalahan ekonomi sudah lama menjadi salah satu masalah negara Indonesia yang tak kunjung selesai.
Masalah ekonomi bisa berupa beban sandwich generation, biaya hidup yang tidak murah, hingga ketidaksiapan finansial untuk memiliki anak.
Beban ekonomi seperti inilah yang akhirnya membuat banyak orang tidak tertarik memiliki anak dan terjadilah resesi seks.
Baca Juga: Obat Kuat Alami Ramuan Tradisional dari Jahe dan Bawang Putih, Begini Cara Mengolahnya
Di Indonesia resesi seks mulai terlihat dari usia pernikahan yang semakin lama semakin bergeser.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, dikutip dari KompasTV, menyebutkan "potensi itu ada, ada ya, tapi sangat panjang, karena kan gini usia pernikahan semakin lama kan semakin meningkat. (Ini bicara) pernikahan loh bukan seks."
"Usia pernikahan itu mundur, karena semakin menempuh studi, karier dan sebagainya," tambahnya.
Fenomena itu, kata Hasto, banyak terjadi di kota-kota besar.
Selain usia pasangan menikah yang semakin mundur, tren keluarga kecil dengan jumlah anak sedikit juga sedang terjadi.
"Jadi bisa saja terjadi minus growth atau zero growth sekarang ini kan beberapa daerah sudah minus growth, zero growth seperti beberapa kabupaten di Jawa Timur, Jawa Tengah minus growth jumlah anaknya sedikit," jelasnya.
Seperti yang Hasto bilang, resesi seks di Indonesia mungkin saja terjadi meski masih lama.
Bisa jadi setelah generasi anak muda yang hidup di tahun 2045, mayoritas memutuskan tidak menikah dan tidak punya anak alias child free.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR