Nakita.id - Bagi Moms dan Dads yang merencanakan program kehamilan, perlu mengetahui berbagai masalah yang bisa dialami.
Salah satu masalah pada kehamilan yang perlu jadi perhatian serius adalah kehamilan ektopik.
Melansir ACOG, kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang sudah dibuahi tumbuh di luar rahim.
Sebanyak 90 persen kasus kehamilan ektopik dengan kondisi sel telur tumbuh di tuba falopi.
Kondisi kehamilan ektopik atau kehamilan di luar kandungan sangat membahayakan Moms.
Sebab, seiring bertambahnya usia bisa menyebabkan tuba falopi pecah.
Tuba falopi yang pecah bisa sebabkan pendarahan internal yang besar.
Bila pendarahan internal terjadi bisa mengancam nyawa sang ibu.
Ketika ibu hamil didiagnosis alami kehamilan ektopik, maka perlu segera mendapat perawatan.
Sebab, kasus kehamilan ektopik, sel telur tidak bisa pindah ditanam ke rahim sendiri.
Umumnya, ada dua metode yang bisa digunakan untuk kehamilan ektopik.
Baca Juga: Berapa Persen Kehamilan Ektopik Bisa Terjadi pada Ibu Hamil? Berikut Penjelasannya
Berikut penjelasan mengenai perawatan kehamilan di luar kandungan.
Obat paling umum yang digunakan untuk perawatan aksus hamil di luar kandungan adalah metotrekstat.
Obat tersebut bisa menghentikan pertumbuhan sel.
Sehingga bisa membantu mengakhiri kehamilan.
Kehamilan yang tidak berkembang ini kemudian diserap tubuh.
Membutuhkan waktu sekitar 4-6 minggu supaya tubuh menyerap janin tidak berkembang.
Prosedur ini tidak memerlukan pengangkatan tuba falopi.
Prosedur pengobatan pakai metotrekstat bisa sebabkan beberapa efek samping.
Efek samping yang dimaksud diantaranya mual, muntah, diare, dan pusing.
Setelah jalani pengobatan, masih harus terus kontrol dengan tenaga kesehatan profesional.
Sebab, risiko pecahnya tuba falopi tidak hilang meski pengobatan selesai.
Baca Juga: Ketahui Kehamilan Ektopik dan Pengobatan yang Bisa Dilakukan
Segera konsultasikan dengan tenaga kesehatan bila ada gejala ruptur seperti nyeri perut mendadak, nyeri bahu, tubuh lemah, dan sebagainya.
Jika kasus kehamilan ektopik sudah merusak tuba falopi, maka diperlukan operasi darurat.
Pada beberapa kasus, pembedahan diperlukan pada tuba falopi yang belum pecah.
Pada pembedahan bisa yang diangkat adalah sel telur yang ditanam.
Namun, bisa suja seluruh tuba dengan kehamilan.
Operasi dilakukan dengan laparoskopi.
Prosedur ini menggunakan kamera yang ramping dan etrang yang dimasukkan melalui sayatan kecil di perut.
Beberapa efek samping setelah oeprasi yang mungkin dirasakan diantaranya rasa sakit, kelelahan, pendarahan, hingga infeksi.
Itulah dia penjelasan mengenai perawatan kehamilan di luar kandungan.
Butuh waktu supaya kadar hCG pada tubuh turun setelah perawatan.
Ini menyebabkan Moms mungkin merasa hamil semenatra waktu.
Ibu hamil yang alami kehamilan ektopik butuh dukungan dari pasangan dan keluarga.
Baca Juga: Apakah Perbedaan Kehamilan Ektopik dengan Kehamilan Normal?
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR