Kemudian, dilanjutkan dengan ditembaknya gas air mata oleh aparat untuk menghalau kerusuhan tersebut.
Imbas dari ditembaknya gas air mata tersebut tak hanya memedihkan mata bahkan menyesakkan napas.
Ribuan penonton pun berlarian serentak untuk menyelamatkan diri. Bahkan, sampai berdesakan, bertabrakan, berhimpitan, dan akhirnya mampat di pintu keluar Stadion Kanjuruhan.
Bisa dibilang, kejadian ini merupakan kejadian terfatal maupun terbesar dalam sejarah sepak bola di Indonesia. Bahkan, di dunia.
Terhitung pada 2 Oktober 2022 lalu, jumlah korban yang meninggal di Stadion Kanjuruhan sebanyak 129 orang.
Angka korban meninggal dari tragedi berdarah ini terus bertambah hingga 754 orang, per 13 Oktober 2022 lalu.
Sebanyak 132 orang meninggal dunia, 26 orang luka berat, serta 596 orang luka ringan dan sedang.
Sebagai informasi, penggunaan gas air mata sendiri sebenarnya sudah dilarang sejak kesepakatan Geneva Gas Protocol pada 1925.
Masalahnya, larangan ini kemudian dinyatakan tak berlaku untuk penanganan kerusuhan massa, setidaknya merujuk pada konvensi senjata kimia pada 1993.
Meski begitu, pada konvensi 1993 itu juga gas air mata dinyatakan masuk kategori senjata kimia.
Itulah kaleidoskop 2022 tentang 3 tragedi berdarah sepanjang 2022 ya, Moms.
Buka Cabang ke-14, Nikmati Kelezatan Kuliner di Justus Steakhouse Asthana Kemang
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR